Garuda Indonesia Colours Magazine January 2018 | Page 100

98 Travel | Kepahiang 1 Brewing tea in a Bengkulu café. Awalnya, Bengkulu dikenal dari emas. Emas di Monas Jakarta didatangkan dari Bengkulu ini... Mobil yang dikendarai Ikhsan terus berjalan melewati sudut-sudut kota Bengkulu, tanah tempat Ikhsan hidup bersama istri dan kedua anaknya. Mobil kami melewati Fort Marlborough, benteng yang didirikan oleh East India Company, kongsi dagang Inggris abad ke-18. Fort Marlborough ini, dalam catatan sejarah, merupakan benteng Inggris terbesar kedua di Asia-Pasifik—setelah India—yang kini berdiri di tengah Kota Bengkulu dengan meriam yang mengarah ke Samudra Hindia yang luas. Mobil terus berkeliling, melewati rumah kediaman Gubernur Bengkulu, yang dulu pernah dihuni oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, ketika pemerintahan kolonial Inggris berkuasa di Bengkulu pada abad ke-16 sampai abad ke-18. “Awalnya, Bengkulu dikenal dari emas. Emas di Monas Jakarta didatangkan dari Bengkulu ini,” Ikhsan terus melanjutkan perbincangan ketika mobil telah mulai meninggalkan Kota Bengkulu. Kami melakukan perjalanan menuju Kepahiang, salah satu dataran tinggi di Provinsi Bengkulu. Sepanjang jalan yang sepi dan basah, saya melihat rumah-rumah dengan karung-karung berisi batubara di depannya. Selanjutnya, tanjakan panjang berliku menanti. Dingin mulai merambat dari jendela mobil yang terbuka, kabut yang saling berkejaran dari pucuk-pucuk pepohonan. Perbukitan berlapis melewati hutan lindung dan cagar alam, dataran tinggi yang dikungkung kabut. Dua jam perjalanan, saya tiba di hamparan hijau perkebunan teh yang maha luas. Di tengah perkebunan, perempuan-perempuan pemetik teh berjejer, berbondong-bondong menyandang bakul bagai titik-titik warna-warni yang diserakkan di atas permukaan hijau. Di atas kepala para pemetik teh itu, buntalan-buntalan besar hasil petikan ditaruh, diangkut. Kabut pagi kian tebal mengungkung Kabupaten Kepahiang. “Teh dengan kualitas terbaik untuk dikirim ke luar negeri itu, mesti dipetik pagi hari. Sebelum matahari muncul,” kata Katmi, pemetik teh berusia 40 tahun. Bersama Rakiah, Samini, dan banyak pekerja perempuan lainnya mengumpulkan hasil petikan di pinggir jalan. Setelah ditimbang, Dwitunggal Soekarno-Hatta Monument inside Park City Kepahiang. “Bengkulu ini dikenal dengan bunga Rafflesia, teh, juga kopi. Ketiganya adalah permata yang membuat Bengkulu terkenal,” sopir kami Muhammad Ikhsan menjelaskan mengenai provinsi ini. 1