Garuda Indonesia Colours Magazine February 2019 | Page 72

Explore | Interview Reputasinya di dunia musik semakin terdepan ketika ia dicatat oleh Record Holders Republic... Meski pun demikian, mempersiapkan diri untuk penampilan tersebut hampir tidak tertahankan; dia memaksa dirinya untuk berlatih enam jam sehari selama 10 bulan tanpa henti. “Saya juga harus memainkan lagu tersebut sebanyak tiga kali sementara saya sangat gugup. Jadi ya, itu sangat sulit,” tuturnya. Gadis berusia 19 tahun yang berasal dari Jakarta ini juga telah tampil di banyak pertunjukan on air dan live event, baik di Indonesia maupun di luar negeri, termasuk acara tahunan konser ChildAid Asia yang diadakan dengan tujuan mengumpulkan dana untuk membantu pendidikan seni bagi anak-anak yang kurang mampu. Pemain biola Indonesia, Clarissa Tamara, belum genap berusia 20 tahun, namun dia telah mendapatkan apa yang hanya bisa diimpikan oleh para musisi lain: memecahkan rekor dunia untuk pemain biola tercepat dan memenangkan ajang penghargaan musik paling bergengsi tanah air, Anugerah Musik Indonesia (AMI). Musik mengalir di darahnya. Ayahnya, Ferdinand Marsa, adalah pemain piano, komposer sekaligus pengaransemen lagu, dan Clarissa sudah jatuh cinta kepada biola ketika umur dia masih berusia 2 tahun. Tapi ia baru bisa mulai belajar biola saat usianya 3,5 tahun. “Saya meminta kepada orang tua saya untuk belajar biola, tapi baru bisa terwujud saat umur saya 3,5 tahun karena saat itu susah untuk menemukan guru biola yang bisa mengajar anak di bawah usia 7 tahun,” kenang Clarissa. Setelah belajar biola lebih dari empat tahun, Clarissa merilis album pertamanya pada tahun 2008. Album yang diberi judul 8 ini senada dengan usianya, menandai dirinya sebagai seorang musisi ulung yang memiliki talenta sama dengan orang dewasa. Album ini berisi 11 lagu, termasuk satu lagu bonus. Di tahun yang sama, Clarissa merilis album keduanya, 9 Gifts of Christmas, di dalamnya berisi lagu-lagu Natal, termasuk dua lagu klasik “We Wish You a Merry Christmas” dan “Jingle Bells”. Pada tahun berikutnya, Clarissa kembali meninggalkan jejak sebagai musisi muda berbakat dengan memenangkan Artis Terbaik dan Karya Produksi Terbaik di kategori World Music/Instrumental. “Sejujurnya saat itu saya tidak tahu apa itu AMI karena masih berusia 10 tahun. Tapi tentunya saya bahagia bisa mendapatkan penghargaan tersebut,” katanya. Lalu bagaimana penghargaan tersebut memengaruhinya? Meskipun mengakui bahwa keberhasilan awal dapat meningkatkan tekanan, dia tidak melihat penghargaan yang didapatnya sebagai beban. “Hal tersebut justru membangkitkan semangat saya untuk terus melakukan apa yang sekarang saya lakukan dan untuk terus menghibur para pencinta musik Indonesia,” jawabnya. Reputasinya di dunia musik semakin terdepan ketika ia dicatat oleh Record Holders Republic sebagai Pemain Biola Tercepat di Dunia pada 15 Juni 2013. Ia memainkan “Flight of the Bumblebee” dengan kecepatan luar biasa, yaitu 273 not per menit dalam waktu 49,92 detik. Clarissa mengakui prestasi yang diraihnya tersebut merupakan momen paling berkesan dalam kariernya yang masih terbilang muda. “Saat itu saya masih berusia 14 tahun sementara pemegang rekor sebelumnya berusia 33 tahun,” ungkapnya dengan bangga. “Melalui berbagai konser yang diadakan oleh ChildAid Asia, saya bertemu dengan banyak teman baru dari berbagai negara di Asia, dan kami berkolaborasi untuk tujuan yang baik. Selain apa yang saya sudah pelajari melalui kolaborasi ini, saya juga sangat menikmati momen- momen menyenangkan yang kami alami bersama,” ucap Clarissa yang pernah tampil di Jepang, Singapura, dan Malaysia untuk ChildAid Asia. Bakatnya juga telah diakui dengan mendapatkan beasiswa penuh di Universitas North Texas di Amerika Serikat, tempat dia mengejar gelar sarjana dengan mengambil jurusan violin performance. “Saat ini saya sedang fokus untuk urusan kuliah. Saya harap bisa meneruskan studi sampai S3. Namun saya juga berencana untuk meneruskan karier sebagai solois dan pemain orkestra. Saya telah memimpikan menjadi musisi internasional sejak masih kecil, jadi saya akan berusaha sangat keras untuk bisa mencapai hal tersebut,” urai Clarissa yang menyebutkan nama Hilary Hahn, pemain biola Amerika Serikat, sebagai salah satu yang menginspirasinya. Saat wawancara, Clarissa, yang sering melakukan perjalanan dengan menggunakan Garuda Indonesia, berbagi pendapat tentang pengalaman terbangnya. “Saya selalu puas tiap kali terbang dengan Garuda Indonesia. Saya sangat suka dengan pelayanannya, mulai dari check-in hingga keramahan para awak kabinnya. Saya juga suka dengan cita rasa makanan Indonesia yang disajikan di dalam pesawat,” ungkapnya, menutup wawancara. 70