Garuda Indonesia Colours Magazine February 2019 | Page 25
Explore | Masterclass
23
MASTERCLASS
Ethno-Photography : Treasure of Humanity
Evi Aryati Arbay
Evi Aryati Arbay is an
Indonesian photographer
who specialises in
photographing isolated
peoples. Her published
books include Dani
The Highlanders, Baduy
Locked in Time and Biak
Debris of War. Her photos
and books have won
national and international
awards, and she has
held solo exhibitions
in Indonesia, Japan,
Italy and the United
States. Evi also runs
a programme to visit
secluded communities
in Indonesia, Papua
New Guinea and
some countries in
Africa. Her other
works can be viewed at
www.eviaryatiarbay.com.
Evi Aryati Arbay
adalah fotografer
Indonesia yang khusus
memotret masyarakat
di daerah terpencil.
Buku-buku karyanya
antara lain Dani The
Highlanders, Baduy Locked
in Time, dan Biak Debris
of War. Foto-foto dan
bukunya memenangkan
penghargaan nasional
dan internasional,
serta pernah menggelar
pameran tunggal di
Indonesia, Jepang, Italia
dan Amerika Serikat.
Evi juga mengadakan
program mengunjungi
masyarakat terpencil di
Indonesia, Papua Nugini
dan beberapa negara di
Afrika. Karyanya yang
lain bisa dilihat di
www.eviaryatiarbay.com.
The glorious diversity of ethnicity
and culture is one of the most
valuable treasures we have as the
human race, creating our sense of
identity. Ethno-photography has
become my device to reveal the
stories of different identities. Keragaman etnis dan budaya
adalah salah satu kekayaan paling
berharga yang kita miliki sebagai
umat manusia, yang membentuk
identitas kita. Etno-fotografi adalah
media bagi saya untuk mengangkat
kisah-kisah dari beragam identitas.
I am lucky to have a job that gives me a chance
to learn about and get to know different ethnic groups
and communities who still retain and practise
their cultural traditions. Saya beruntung punya pekerjaan yang memberi
saya kesempatan untuk belajar dan mengenal
berbagai kelompok etnis dan komunitas yang
masih mempertahankan dan mempraktikkan
adat istiadat mereka.
Tambul Men Decorated in Bilas (Special Body Ornaments), Papua New Guinea
Some members of the Tambul people decorate
their bodies with top-to-toe decoration known as
bilas, topped off with red and yellow stripes on their
faces. The Tambul live at the foot of the Giluwe
Mountain, Papua New Guinea. They are known
for their moka ceremony, a traditional method of
wealth exchange in which a man gives gifts to
another man, who reciprocates by giving bigger
gifts. By offering more than received, the man
gains prestige in the community.
Warga suku Tambul menghiasi tubuh mereka
dari ujung kepala hingga ujung kaki, atau disebut
Bilas, yang ditandai dengan garis-garis merah serta
kuning pada wajah. Suku Tambul hidup di kaki
Gunung Giluwe, Papua Nugini. Suku ini terkenal
dengan upacara Moka, yakni pertukaran kekayaan
tradisional, di mana seorang pria memberikan hadiah
kepada pria lain, yang kemudian membalasnya dengan
hadiah yang lebih besar. Memberikan hadiah lebih
besar menjadi sebuah prestise dalam komunitas ini.