Garuda Indonesia Colours Magazine February 2018 | Page 111

Travel | North Halmahera 1 109 2 1 “It might take as much as a month to produce a really fine tikar,” says Ibu Susana Muluka, “but I only get to work on it in my spare time.” 2 A vegetable vendor in the traditional market of Tobelo enjoys morning tea while waiting for customers. 5 Senses – Scent SPICE ISLANDS Mengikuti tradisi kuno dari zaman kerajaan, pejabat tinggi yang berkunjung biasanya disambut dengan deretan sepuluh tikar, ditata layaknya karpet merah... dari hutan dan perkebunan. Pak Adrianus, yang kini berusia 58 tahun, mulai membuat saloi sejak usia 30 tahun, dan kini ia merupakan satu-satunya perajin saloi di daerah ini. “Bisnis pembuatan saloi di tempat ini menjanjikan,” katanya, “Saya saja mendapat pesanan 11 buah... tapi saya tidak punya waktu untuk mengerjakannya karena sekarang saya bekerja di tambang emas. Sayang sekali anak-anak muda tidak tertarik dengan kerajinan kuno ini. Kalau saya meninggal dunia nanti, saya rasa tidak akan ada lagi yang membuat saloi.” Kisah serupa diceritakan Ibu Susana Muluka, pembuat tikar tradisional dari daun pandan di Desa Paca. “Mungkin butuh satu bulan untuk menghasilkan tikar yang benar-benar bagus, karena saya hanya bisa mengerjakannya kalau ada waktu luang,” katanya, “Tapi banyak yang ingin membeli tikar ini dan harga jualnya bisa mencapai US$90 (sekitar Rp1,2 juta).” Catch the heady scent of the Spice Islands amid the nutmeg and clove forests of North Halmahera. Believed to be a miracle cure for bubonic plague, nutmeg (from the Myristica fragrans tree) was the gold mine from which Indonesia acquired its wealth. Even today the Maluku islanders manage to combine the harvests of the sea with those of the forest to create unique flavours. In the local language damonge means ‘delicious’: it’s a worthwhile word to remember because if you come to North Halmahera you’ll want to use it often. Bahkan sampai sekarang tikar-tikar indah ini masih digunakan pada pesta pernikahan dan upacara pemakaman, untuk diletakkan seperti selimut di atas jenazah. Selain itu, mengikuti tradisi kuno dari zaman kerajaan, pejabat tinggi yang berkunjung biasanya disambut dengan deretan sepuluh tikar, ditata layaknya karpet merah untuk menyambut para VIP di negara Barat. Kini, tikar anyaman umumnya dihiasi warna terang dan lebih sering menggunakan pewarna yang dibeli di toko daripada pewarna nabati alami. Resapi aroma menggoda Pulau Rempah- rempah di tengah hutan pala dan cengkeh di Halmahera Utara. Diyakini sebagai obat mujarab untuk penyakit pes, pala (dari pohon Myristica fragrans) adalah emas yang membuat Indonesia diincar negara-negara kaya pada abad pertengahan. Oleh penduduk Pulau Maluku sendiri, hasil panen dari hutan ini dipadukan dengan hasil laut untuk menciptakan hidangan yang lezat, atau “damonge” dalam bahasa lokal. Anda pasti akan sering menggunakan istilah tersebut jika berkunjung ke Halmahera Utara.