Garuda Indonesia Colours Magazine February 2015 | Page 117

Travel | Bandung Agak ke bawah dari Paris van Java (penduduk lokal menyebutnya Pe Ve Je), Anda bisa menjumpai dua mal lainnya: Bandung Indah Plaza (BIP) dan Cihampelas Walk (Ci Walk). Ci Walk adalah tempat untuk nongkrong di akhir pekan bagi anak-anak gaul. Dianggap gaul merupakan tujuan terbesar dari kaum muda Bandung yang sangat sadar penampilan ini. Jika berbelanja bisa membuat Anda bersemangat maka Anda telah datang ke tempat yang tepat. Untuk mendapatkan pakaian dengan harga miring, Anda bisa menuju ke toko-toko yang ada di sekitar kawasan Dago atau turun sedikit dari Ci Walk (Jangan lupa mampir di CBG Jeans, tempat pertama kali jeans dijual di Indonesia mendapatkan tempat di hati masyarakat). Bangunan berlantai tujuh di Pasar Baru Trade Centre (PBTC) adalah tempat yang tepat untuk menawar baju. Tiga tahun lalu tempat ini merupakan pasar terbuka, kini di tempat ini bisa didapati lebih dari 1.000 buah toko. Seandainya bukan karena itu semua, Bandung mungkin tak akan menjadi tempat paling menyenangkan untuk berbelanja baju. Bandung juga tempat yang pas untuk menggemukkan badan karena Anda akan merasa timbangan Anda lebih berat saat kembali ke rumah. Masalahnya, makanan enak mudah ditemui di kota ini. Kuliner kaki lima dan kudapan hadir berdampingan dengan tempat perbelanjaan—Bandung tak hanya menyajikan makanan lokal yang istimewa tetapi juga memiliki gayanya sendiri. Tempat-tempat anyar seperti pasar makanan di Paskal Hyper Square dan Pasar Apung Lembang adalah sekian tempat yang membuat Bandung menjadi salah satu kota wisata kuliner. “Saya senang tinggal di Bandung,” demikian ungkap sopir saya Diky Esnander pada suatu pagi saat kami berkendara menuju Lembang. “Bandung adalah tempat yang ideal untuk tinggal, cuacanya bagus dan orang-orangnya ramah. Bandung semakin hari semakin menyenangkan.” Sebagai sopir sekaligus pemandu di Hyatt Regency Hotel, Diky biasa bertemu dengan banyak turis dari Singapura dan Malaysia yang jatuh cinta dengan Bandung. Baru-baru ini, menurut Diky, ada penin gkatan jumlah turis yang datang dari negara yang lebih jauh seiring semakin meluasnya ketenaran Bandung sebagai destinasi untuk beraktivitas di ruang terbuka. Saya dan Diky meninggalkan hotel setelah subuh untuk dapat menikmati indahnya pagi sehingga tepat di saat seharusnya saya sedang menyesap cangkir kopi kedua saya, kami sudah berada di bibir kawah Tangkuban Perahu. Lalu di saat seharusnya saya menyesap cangkir kopi yang ketiga, saya terlalu sibuk memuaskan pandangan saya pada hijaunya kebun teh yang menyelimuti lereng bukit serta air panas yang keluar dari mata air di Gracia. Menjelang siang hari, saya sudah dibuat terpesona oleh mata air panas, hutan cemara dan pegunungan yang diselimuti kebun-kebun teh, dan di situlah saya langsung tersadar bahwa Bandung memiliki jalur trekking yang paling mudah diakses di Indonesia. Makanan yang sedikit tak biasa dari daerah berdataran tinggi ini adalah sate biawak dan—setelah salah satu penjual memberi tahu bahwa daging tersebut berasal dari biawak yang sengaja ditangkar, bukan dari hasil diburu—saya pun memberanikan diri untuk mencobanya. Disajikan dengan saus yang kaya rasa, sate biawak ini sepertinya sate paling enak yang pernah saya rasakan. Ada satu lagi yang membuat saya terkesan dengan Bandung. Ketika saya ingin minum kopi, Diky memberi tahu saya tentang minuman khas dari Bandung yang disebut bandrek. Campuran rempah-rempah yang terdiri atas jahe, lada, gula aren (dan kadang, kelapa muda), minuman ini pastinya merupakan satu dari sekian minuman hangat terenak di dunia. Saat saya terbang meninggalkan Bandung, koper saya penuh dengan baju-baju yang baru saya beli dan beberapa pak kemasan bandrek instan. Mungkin suatu hari ketika baju-baju itu sudah tak muat lagi, saya tetap masih bisa menyesap bandrek sambil bernostalgia mengenai “Paris of Java”. Bandrek – a spicy mix of ginger, pepper, palm sugar (and, sometimes, young coconut) – is one of the world’s most refreshingly delicious hot drinks. The rich billowing corduroy of tea plantations cover the slopes of Tangkuban Perahu volcano. 115