Garuda Indonesia Colours Magazine December 2017 | Page 159
Explore | Wildlife
Di separuh perjalanan, perahu merapat ke
sebuah pondok kayu di bibir sungai. Pondok
itu milik Bahtiar, anggota kelompok nelayan
Serkap Jaya Lestari. Selama tiga minggu ke
depan, ia mendiami pondok bersama istri
dan seekor kucing miliknya.
Sebagaimana pondok-pondok lain milik
nelayan setempat, pondok Bahtiar juga
menjadi tempat pengasapan ikan yang
ditangkap dengan bubu, alat tradisional dari
kawat berbentuk kerangkeng. “Bulan
kemarin, saya dapat ikan 260 kilogram,” ujar
Bahtiar. Di sungai ini, panen raya biasanya
terjadi pada November hingga Desember.
Jelang siang, perahu yang saya tumpangi
sampai di Pos Jagawana Sungai Serkap. Di
pos ini, 10 pria berjaga sejak pagi hingga
malam. Mereka adalah barisan pertahanan
pertama hutan yang direstorasi. Edy
Suprayitno, salah seorang manajer RER,
berharap, “[Kelak] 30 tahun lagi, atau lebih,
hutan di sini bisa bisa memulihkan
keanekaragaman hayati dan ekologisnya.”
Dalam satu bulan, setiap jagawana bertugas
mengawasi dan memantau kawasan hutan
selama 20 hari dengan shift yang dilakukan
secara berkesinambungan. Mereka berpatroli
menyusuri cabang-cabang Sungai Serkap
menggunakan perahu bermesin satu.
Sisa 10 hari berikutnya, mereka
menikmati masa libur.
Pos ini hanya menyediakan radio dua arah
sebagai alat komunikasi. Jaringan telepon
seluler belum sampai ke sini. Lalu, bagaimana
mereka meluapkan rindu ke orang tercinta?
“Di pohon itu,” tunjuk jagawana Wahyudi,
“sinyal kadang melintas.” Beberapa meter dari
pos jaga, tiga buah papan—serupa dingklik—
ditaruh di atas pohon setinggi sembilan meter.
Di situ lah, para jagawana duduk dan
berkomunikasi. Jika ada sinyal, tentu saja.
Pada 2015, Fauna and Flora International
(FFI) melakukan pengintaian dan
pengamatan di Semenanjung Kampar.
Hasilnya, mereka menemukan sekitar 550
jenis hewan dan tumbuhan. Namun sebagian
spesies itu berada di ambang kepunahan.
Figur harimau Sumatera juga pernah
tertangkap kamera pengintai yang dipasang
di beberapa titik di dalam hutan.
“Itu resak, yang itu meranti rawa. Keduanya
dalam status critically endangered,”
Muhammad Iqbal, Manajer Ekologi dan
Rehabilitasi Hutan, menunjuk dua pohon di
tepi Sungai Serkap. Meranti bunga dan
meranti rawa yang menjulang di tempat lain
berstatus hampir punah. Dahan dan batang
pohon ini adalah habitat burung di
Semenanjung Kampar, macam Sumatran
Drongo atau Srigunting Sumatra, burung
endemik Pulau Sumatera.
157
Lahan gambut rentan terhadap api. Bila terjadi kebakaran,
proses pemadaman api bisa berbulan-bulan. Inilah pokok
permasalahan yang mesti diwaspadai oleh para jagawana,
juga masyarakat setempat.
“Satu, dua, tiga, empat…,” Iqbal meneropong
dan menghitung kawanan burung yang
terbang berkelompok. Tampak 28 ekor
elang sikep madu asia datang dari arah
timur, berputar-putar di atas hutan gambut.
“Mereka dari dataran Asia hendak ke Jawa,”
kata Iqbal. Hutan di Semenanjung Kampar
ini adalah lokasi transit beberapa
burung migran.
Kampanye bahaya api dan patroli menjadi
bagian pekerjaan para jagawana RER. Dahulu,
hutan selalu terbakar setiap tahun. Baru sejak
2014 akhir, api tidak pernah muncul lagi.
Lahan gambut rentan terhadap api dan bila
terjadi kebakaran, proses pemadaman api bisa
berbulan-bulan. Inilah pokok permasalahan
yang mesti diwaspadai oleh para jagawana,
juga masyarakat setempat.
Sebab itu, RER mengampanyekan
pembukaan lahan tanpa membakar hutan
kepada petani setempat.
“Sejak tiga tahun lalu, sudah tidak ada
lagi yang buka lahan dengan cara dibakar,”
1
kata Zamri, petani Desa Pulau Muda, usai
membajak tanah. Tepatnya, lanjut Zamri,
setelah RER mengadakan lokakarya Pertanian
Tanpa Bakar. Di desa ini, sebagian besar
petani menanam cabai, jahe merah, juga buah
naga. Bersama 20 petani lain, Zamri tergabung
dalam Kelompok Tani Maju Bersama.
Saya meninggalkan Desa Pulau Muda saat
langit menggelap. Di sisi kiri kanan, bayang
pepohonan berkelebat di kaca mobil yang
saya tumpangi. Tak disangka, Semenanjung
Kampar menyimpan hutan yang menjadi
habitat beraneka jenis hewan dan tumbuhan.
Kata-kata Brad pun terngiang kembali,
“Tugas menjaga hutan tidak akan
pernah selesai.”
www.rekoforest.org
1 A crested serpent eagle (Spilornis cheela)
flying over the 130,000-hectare RER forest.