Garuda Indonesia Colours Magazine April 2018 | Page 97
Travel | Xi’an and Zhengzhou
95
1
2
Mengunjungi Xi’an atau bahkan Tiongkok tak terasa
lengkap bila belum menginjakkan kaki di Terracotta Army.
Keesokan harinya, saya pergi mengunjungi
Bell Tower Square yang berlokasi di tengah
kota. Lonceng pada pagoda itu sendiri dibuat
sekitar 653 M saat Dinasti Tang (618–907),
penguasa kala itu, aktif merestorasi artefak
dan bangunan umat Buddha seperti Bell
Tower, yang kini menjadi ikon dari kota
kekaisaran di masa lalu.
Di sebelah barat laut dari Bell Tower, sekitar
setengah kilometer jauhnya, terdapat menara
Drum Tower. Tambur ini diletakkan di
tengah menara dan dikelilingi oleh 24
tambur yang lebih kecil lainnya dengan
susunan empat mata angin, guna mewakili
24 periode matahari dalam penanggalan
tradisional Tiongkok.
Selama ribuan tahun, lonceng telah
dibunyikan untuk menandakan tibanya pagi,
sehingga orang pun terbangun dan mulai
beraktivitas. Di sore hari, tambur ditabuhkan
untuk menandakan tibanya senja, saat orang
pulang untuk beristirahat. Dahulu ketika jam
tangan belum ditemukan, orang mengetahui
waktu dan juga musim dari posisi bintang
dan gugusannya.
Namun kini, lonceng dibunyikan pada
jam 9 pagi, jam 11, 1 siang serta jam 3 sore,
sementara tambur ditabuh setiap jam 5 sore.
Kerumunan orang dan kendaraan yang mulai
padat, menyulitkan pengambilan gambar di
jam-jam ini.
Saya naik ke atas Bell Tower. Dari sana, saya
melemparkan pandangan ke penjuru Xi’an.
Tampak tembok tebal berbentuk persegi
mengelilingi kota ini, tembok yang berfungsi
tidak hanya sebagai pembatas tetapi juga
pelindung serangan dari luar. Namun
tembok itu tidak pernah menghalangi
modernisasi atau masuknya pengaruh
budaya luar, atau dari siapa pun yang
berkunjung ke kota yang penuh
peninggalan sejarah ini.
1 2 The archaeological remains
of the warriors of Xi’an are visited
by thousands of people daily.
Mengunjungi Xi’an atau bahkan Tiongkok tak
terasa lengkap bila belum menginjakkan kaki
di Terracotta Army. Sebagai salah satu situs
arkeologi terbesar dunia, Terracotta Army,
dahulu memang sengaja dibangun untuk
menemani makam kaisar pertama Tiongkok
sebagai penjaga di kehidupan setelah kematian.
Awal musim semi 1974, sejumlah petani tak
sengaja menemukan senjata kuno dari
tembaga dan patung tentara terakota (tanah
liat) yang bersenjata saat sedang menggali
sumur di utara kaki Gunung Lishan, 35 km
dari Xi’an. Penemuan ini pun mengawali
pemugaran dari makam patung tentara yang
terkubur lebih dari 2.000 tahun.
Museum of the Terracotta Army of Qin Shi
Huang dibangun di atas tiga lajur galian (pit)
berbentuk huruf T yang berisi patung tentara
terakota dan merupakan objek wisata
terkenal. Sekitar 2.000 patung tentara ini
telah direstorasi dan dipamerkan di museum.