Garuda Indonesia Colours Magazine April 2018 | Page 107
Travel | Pacitan
Local fishing boats at
Tawang beach, Pacitan.
BPTV
Lanskap geologis Pacitan membawa para pelancong untuk
menelusuri proses alam selama jutaan tahun, yang jejaknya
tertinggal di gua-gua dan tebing-tebing yang kukuh.
Sebuah bus kecil menyusuri jalur yang
diapit oleh tebing dan sungai. Beberapa
penumpang tertidur lelap, sementara yang
lain membuka obrolan dengan sang
kondektur. Sang sopir asyik menekuri
jalanan serta mendengarkan lagu-lagu
dangdut melalui pengeras suara.
Bagi saya, perjalanan menuju Pacitan melalui
Ponorogo selalu mendebarkan karena
jalurnya yang sempit dilengkapi kelokan-
kelokan tajam. Dalam bus saya memilih
tempat duduk di samping pintu utama.
Di mana angin dapat masuk dengan leluasa
dan saya bisa melayangkan pandangan
lebih lega untuk menikmati panorama
sepanjang perjalanan.
Pacitan, sejauh yang saya ingat, adalah
sebuah lukisan geologis yang komposisinya
terdiri atas gua-gua yang menakjubkan dan
tebing-tebing yang kukuh. Sebagian besar
wilayahnya terdiri atas pegunungan dan
perbukitan karst yang terbentuk dari
aktivitas vulkanik dan tektonik selama jutaan
tahun. Kekayaan geologis ini membuat
Pacitan akhirnya masuk dalam jaringan
Geopark Gunungsewu yang membujur
hingga Yogyakarta.
Untuk memahami kekayaan geologis yang
dimiliki Pacitan, mengunjungi Etalase
Geopark Gunungsewu yang terletak sejauh
tiga kilometer dari pusat kota adalah sebuah
langkah yang tepat. Dalam museum ini,
dipajang informasi mengenai berbagai geosite
yang tersebar di seluruh Pacitan, berbagai
artefak geologis, fosil-fosil purbakala dan
peninggalan dari masa prasejarah.
Dari tiga belas geosite yang dimiliki Pacitan,
salah satu yang paling populer ialah Gua
Gong yang sangat terkenal karena formasi
stalaktit dan stalagmitnya yang susah dicari
tandingannya. Untuk menelusuri gua bawah
tanah sepanjang 600 meter ini, saya
105