Garuda Indonesia Colours Magazine April 2017 | Page 108

106 Travel | Pekanbaru
5 Senses – Sight A HALLWAY TO THE PAST
silam saya berkunjung ke kota ini , namun sekarang saya seakan tak lagi mengenal Pekanbaru . Pekanbaru begitu ramai bak kota besar , perubahan begitu kencang rasanya . Jalan-jalan yang lebar , kantor-kantor pemerintahan yang besar . Hotel-hotel mewah , mal dan pusat belanja lainnya , restoran-restoran dengan beragam cita rasa menguapkan aroma enak ke jalan raya .
Kota ini memang lebih dikenal dengan minyak , akan tetapi bukan berarti kota ini kehilangan tempat wisata . Taman Wisata Alam Mayang salah satunya , merupakan tempat wisata yang diminati warga kota . Selain lokasinya yang tidak jauh dari pusat Kota Pekanbaru , taman ini seakan memberi ketenangan untuk warga kota dengan beragam fasilitas dan hiasan satwa seperti patung harimau dan gajah yang terbuat dari semen . Di Taman Wisata Alam Mayang juga terdapat beragam permainan untuk keluarga seperti sepeda air , banana boat , karpet ajaib , dan mandi bola .
1
© Shodik Purnomo ; © Irhas Ihsan / pixoto
A trip to the Muara Takus Temple is a trip to centuries past , to a time when Buddha ’ s apprentices would carry out their rituals in this brick structure . The trees and green grass that surround this temple give it a relatively cool feel .
Kunjungan ke Candi Muara Takus seperti perjalanan kembali ke ratusan tahun lalu , saat para cantrik Buddha melakukan ritual di bangunan yang terbuat dari bata merah ini . Pepohonan dan rerumputan hijau yang mengelilingi candi membuat udara terasa lebih sejuk .
Semakin jauh ke pesisir , ada Ombak Bono dari Sungai Kampar yang telah mencuri perhatian dunia . Untuk menikmati Ombak Bono , Anda harus pergi ke bagian muara sungai yang ombaknya tinggi . Perjalanan menuju ke muara Sungai Kampar bisa dimulai dari Desa Teluk Meranti dengan menggunakan perahu pompom atau perahu mesin . Ombak yang terlihat memang tidak berwarna biru seperti permukaan laut namun berwarna cokelat selayaknya sungai . Namun baik peselancar lokal hingga mancanegara menunggu Ombak Bono untuk “ ditunggangi ”.
Di tengah kota , ada sebuah masjid tua dengan lima kubah dan menara yang menjulang tinggi , Masjid Raya An-Nur namanya . Di atas tanah seluas 12,6 hektare ini , Masjid An-Nur dilengkapi ruang-ruang perkantoran yang besar ,
halaman terbuka hijau tempat anak-anak bermain penuh canda tawa . Masjid dengan arsitektur perpaduan gaya Melayu dan Timur Tengah ini dulunya dibangun pada tahun 1993 , dan selesai lima tahun berikutnya . Di seberang masjid raya berwarna hijau ini , terdapat gereja Huria Kristen Batak Protestan ( HKBP ). Di Pekanbaru , perbedaan telah lama terjaga rukun .
Senja datang lagi di Pekanbaru . Lampu-lampu kota mulai dinyalakan . Saya berjalan melintasi Jalan Hang Tuah , menyusuri keramaian kota dengan jalan yang tertata , jembatan-jembatan , kantor-kantor yang megah dan bermandikan cahaya . Rasa lapar membawa saya singgah di sebuah restoran di Jalan Sudirman . Restoran begitu banyak di kota ini , dan saya begitu ingin menyantap menu andalan Kota Senapelan : ikan salai dengan beragam cita rasa , dari gulai hingga goreng . Dari restoran , saya pindah ke kafe-kafe yang sarat aroma kopi . Hal yang tidak membutuhkan energi di Pekanbaru adalah menemukan kafe dan restoran dengan kualitas dan cita rasa enak .
Setengah jam berkendara dari Pekanbaru ke Siak , kami tiba di Pusat Konservasi Gajah , di mana saya berkenalan dengan gajah bernama Reno dan beberapa kawannya yang bertubuh besar , saat mereka sedang makan .
Usai makan , Reno dan beberapa gajah lainnya digiring ke sungai untuk mandi . Sekelompok wisatawan bergantian naik ke punggung gajah-gajah itu untuk berfoto dan membelai mereka .
1 A rubber-plantation worker near Muara Takus Temple .
2
2 River surfing a tidal bore wave known as Ombak Bono in Kampar River , Riau .