Fotografer Hebat Jul. 2014 | Page 91

Kelihatannya teknologi HDR photomerge ini, sangat membantu dan tidak pernah ada pada jaman teknologi film seluloid, karena pada jaman itu, banyak fotografer sengaja mengambil metering sedikit under exposure, supaya saat pencetakan bisa di buat lebih cerah dengan penyinaran yang lebih lama, karena dynamic range pada filem seluloid jauh lebih baik daripada sensor kamera digital. g. Sharpen, unsharpmask, smart sharpen Masalah sharpenning, atau penajaman detil foto, bisa dilakukan baik melalui kamera maupun melalui post processing di photoshop. Disini saya coba jelaskan bahwa penajaman gambar, adalah memberikan warna tegas terhadap pixel-pixel yang bertetangga, agar terlihat garis yang lebih detil dan utuh, sehingga gambar terlihat renyah. Bahasa gaulnya “Crispy” seperti kerupuk yang saking renyahnya, fotografer sampe lupa bahwa komposisi fotonya masih jelek. Benar, ketajaman membuat foto tampil prima, tapi jangan juga lupa, bahwa ketajaman gambar juga dipengaruhi oleh lensa, filter, kepekatan udara dll. Coba bayangkan saat memotret mobil balap di siang hari saat jalan raya sedang panas, maka yang ada bayangan mobil seperti berlekuk-lekuk karena pengaruh fatamorgana akibat udara yang panas di permukaan jalan. Jadi apalah artinya sharpen, jika saat memotret kita tidak memahami tujuannya. Efek yang di akibatkan over-sharpen, adalah kesan yang kurang natural, seolah subjek foto di gunting dari lembaran foto, dan ditempel pada lembaran foto lain sebagai background. Lantas untuk post-processing di photoshop, ada istilah unsharpmask (usm) dan smart sharpen. Bedanya adalah fungsi unsharp mask, hampir sama dengan fungsi sharpen yang umumnya tersedia sebagai fitur di badan kamera generasi sekarang. Sedangkan untuk smart-sharpen, 91