BUDAYA
62
I
Batikku Budayaku
Indonesiaku
ndonesia sebagai negara yang kaya akan berbagai macam
seni budaya termasuk batik patutlah berbangga karena
dengan kekayaan yang dimiliki tersebut negara Indonesia
dapat dikenal di mata dunia. Tentunya hal ini dapat menambah
pendapatan negara khususnya di bidang pariwisata.
Setelah memperoleh pengakuan dari United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
atau Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
PBB memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka
dunia, selanjutnya batik menjadi semakin terkenal di dunia
internasional. Pengakuan yang diberikan pada tanggal 2
Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi
batik di dunia internasional. Dengan pengakuan UNESCO
ini pula maka setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai
hari Batik Nasional. Ini membuktikan bahwa batik semakin
menempatkan dirinya tak hanya budaya Indonesia, tapi sebagai
jati diri dan indentitas bangsa Indonesia.
Kemudian bangsa Indonesia dapat bernafas lega setelah
beberapa waktu yang lalu bangsa Indonesia sempat dibuat
berang oleh negara tetangga yang mengklaim batik adalah
milik mereka. Tentunya sebagai warga negara Indonesia yang
baik dan telah mengetahui batik adalah seni budaya milik
bangsa maka kita harus dapat memahami sejarah batik hingga
ada di negeri ini. Bila kita paham sejarahnya maka kitapun
dapat lebih mudah meyakinkan dunia bahwa batik benarbenar milik negara Indonesia.
Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi
Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang
Indonesia. Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa
Jawa: amba, yang bermakna ‘menulis’ dan titik, yang bermakna
‘titik’. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran
batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat.
Menurut beberapa pakar dikemukakan bahwa Seni Batik
tetap hidup subur di Indonesia, dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat. Bila kita bandingkan batik yang kita kenal sekarang
dengan batik puluhan tahun yang silam, tidak begitu banyak
perubahan ; baik bahan, cara maupun coraknya. Sifat inilah
yang menyebabkan seni batik mudah dipelajari, dari generasi
ke generasi (Widodo, 1982 : 2).
Ditinjau dari sejarah baik Prof. M. Yamin maupun Prof.
Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta, mengemukakan bahwa batik
di Indonesia telah ada sejak zaman Sriwijaya, Tiongkok pada
zaman dinasti Sung atau T’ang (abad 7-9). Kota-kota penghasil
batik, antara lain : Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Lasem,
Banyumas, Purbalingga, Surakarta, Cirebon, Tasikmalaya,
Tulunggagung, Ponorogo, Jakarta, Tegal, Indramayu, Ciamis,
Garut, Kebumen, Purworejo, Klaten, Boyolali, Sidoarjo,
Mojokerto, Gresik, Kudus, dan Wonogiri (Widodo, 1983 :
2-3).
Sementara itu Sejarah batik diperkirakan dimulai pada
zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai hasil
proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan
lingkungan seni budaya zaman Hindu seni batik merupakan
karya seni Istana. Dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada
zaman Islam. Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik
teknis maupun estetis, pada zaman Islam dikembangkan dan
diperbaharui dengan unsur-unsur baru (Yudaseputro, 2000 :
97). Alat canting ditemukan di pulau Jawa sejak abad ke-13 atau
bahkan lebih awal, sementara budaya membatik ditemukan
hampir di seluruh pulau di Indonesia sehingga hal ini yang