• Meningkatkan kemampuan SDM dalam rangka
mewujudkan TNI AL Kelas Dunia. Pengembangan diarahkan
pada pengawak sistem logistik dengan kemampuan, kompetensi
dan kualifikasi yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi dan lingkungan. Strategi tersebut dilakukan dengan
upaya yang meliputi; Pertama, Membangun karakter SDM
(character building) yang selalu memiliki dedikasi, loyalitas,
mencintai tugas dan bertanggung jawab serta tidak cepat merasa
puas terhadap suatu keberhasilan; Kedua, Mempersiapkan
personel pengawak sistem logistik yang mempunyai kualifikasi
dan kompetensi melalui pendidikan baik dari dalam maupun luar
negeri; Ketiga, Menyiapkan personel yang memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan, sejak proses penerimaan (recruitment)
melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan lain untuk
mendapatkan dan mencari bibit unggul (personel berkualitas);
Keempat, Melaksanakan sertifikasi personel yang meliputi
berbagai aspek logistik melalui peningkatan fasilitas dan sarana
pendidikan, seperti : pengelasan bawah air, pemeliharaan tingkat
overhoul, pengelasan dan pembangunan kapal alumunium, serta
penyelamatan kapal (PEK); Kelima, Menyiapkan pendidikan
dan pelatihan dalam dinas untuk tingkat operator dan instruktur
secara bertahap, bertingkat, berlanjut dan berkesinambungan,
Keenam, Menyusun konsep roadmap pendidikan dan pelatihan
personel sebagai pengawak logistik yang profesional;
Aviation survival
and underwater
escape facilities
Ketujuh, Menyiapkan fasilitas alat instruksi (alins) di lembaga
pendidikan yang bersifat praktikal dan teknis serta mengikuti
perkembangan teknologi, seperti pusat pelatihan teknik TNI AL
(naval technical training centre), simulator kapal selam (submarine
simulator), fasilitas penyelamatan aviasi dan bawah air (aviation
survival and underwater escape facilities) dan simulator ruang
mesin (engine room simulator), kerjasama dan MoU dengan
Naval Post Graduate School (NPS) Monterey USA.
• Menajamkan fungsi organisasi dalam rangka mewujudkan
TNI AL Kelas Dunia. Penajaman fungsi dibutuhkan seiring
dengan tujuan untuk membangun organisasi yang terintegrasi
dan bersifat interkonektifitas mulai dari proses penentuan
kebutuhan sampai dengan penghapusan. Strategi tersebut
dilakukan dengan upaya yang meliputi; Pertama, Melaksanakan
validasi organisasi logistik melalui pemisahan organisasi pembina
material dengan pengguna material, dengan mewujudkan konsep
organisasi Koharmatal sebagai embrio organisasi logistik; Kedua,
Penajaman fungsi organisasi dan pengembangan Fasharkan
disesuaikan dengan pangkalan dan gelar operasi serta tingkat
kemampuan dalam penyiapan Alutsista. Sehingga kemampuan
Fasharkan diarahkan sebagai Fasharkan home base (dockyard
Facility), Fasharkan aju (maintenance facility) dan Fasharkan
yang memiliki kemampuan produksi kapal (production facility);
Ketiga, Penajaman fungsi dan peningkatan organisasi serta
fasilitas pembekalan baik dukungan bekal pemeliharaan, operasi
maupun bekal personel; Keempat, Meningkatkan peran Dewan
Penentu Pengadaan (Wantuada) sebagai penentu kebijakan
pengadaan logistik TNI AL dan Kelima, Mengembangkan Mou
dan kerjasama dengan instansi terkait seperti Pertamina (untuk
dukungan BMP), Biro Klasifikasi (untuk penentuan kelas KRI)
dan galangan kapal (untuk pemeliharaan dan pembangunan
Alutsista).
• Mengoptimalkan operasi dalam rangka mewujudkan TNI
AL Kelas Dunia. Melalui strategi ini diharapkan akan terwujud
sistem dukungan logisitik yang bersifat: readiness, sustainability,
responsive dan interoperability, strategi tersebut dilakukan
dengan upaya yang meliputi; Pertama, Menyusun konsep gelar
logistik yang dapat mendukung armada tempur TNI AL sesuai
konsep world class navy, melalui penerapan latihan gelar logistik
berupa LOG-1 sampai dengan LOG-4, yang setara, seiring dan
terkoneksitas dengan L1-L4, U1-U4, M1-M4 dan P1-P4, Kedua,
Penajaman konsep JOP dan JOG yang diselaraskan dengan
perubahan pola operasi saat ini, jam putar peralatan, waktu operasi
dan ketersediaan dukungan bekal, khususnya bekal cair BMP,
Ketiga, Mewujudkan sistem jaringan dukungan logistik (network
centric logistic system) yang bersinergi dengan matra lain dan
memiliki interkonektivitas dengan sistem IMS yang sudah ada,
Keempat, Mengembangkan pola interkonektivitas dukungan
logistik sehingga mampu bersinergi dan bersifat interoperabilitas
dengan instansi lain, termasuk kemampuan melakukan akses
ketersediaan dukungan serta proses pengajuan kebutuhan secara
terkomputerisasi dan online, dan Kelima, Membangun fasilitas
sistem informasi logistik yang disesuaikan dengan pola operasi
dan pola gelar logistik yang ada.
Kebijakan pemimpin TNI AL dalam mewujudkan Angkatan
Laut Indonesia berkelas dunia (world class navy) linier dengan
kebijakan pemimpin nasional dalam mewujudkan kembali kejayaan
maritim Indonesia yang tertuang dalam Konsep Poros Maritim
Dunia. Kebijakan world class navy diwujudkan dengan upaya
memperkuat kemampuan personel dan kekuatan Alutsista TNI
AL, serta sarana pendukungnya seiring dengan perkembangan
lingkungan strategis yang dinamis. Untuk mendukung visi dan
misi Angkatan Laut berkelas dunia (world class navy) dalam
bidang logistik dapat dicapai melalui peningkatan dalam beberapa
hal antara lain pengembangan teknologi, peningkatan kemampuan
SDM, penajaman fungsi organisasi dan kesiapan logistik dalam
mendukung kegiatan operasi. Dukungan tersebut diperlukan
untuk mewujudkan kehandalan Alutsista (reliability), ketersediaan
Alutsista (availability) dan keterpeliharaan (maintainability),
kualitas kesiapan dan kehandalan Alutsista (readiness and
reliability) melalui konsep pemeliharaan, pembekalan dan
peningkatan fasilitas pangkalan yang dilakukan secara terintegrasi
antar sesama institusi pelaksana pusat dan antar institusi pelaksana
pusat dengan institusi kotama. Kebijakan poros maritim yang )