OPINI
32
DAYA SAING
D
alam era globalisasi, setiap bangsa yang tidak siap
bersaing dengan bangsa lain, akan mengalami
kesulitan sangat besar. Tahun 2015 ini, akan
diberlakukan ASEAN Economic Community, suatu pola
kerja sama perekonomian antar masyarakat dan negara di
kawasan Asia Tenggara. Setiap negara di kawasan ini tentu
sudah mempersiapkan secara politik, ekonomi, sosial,
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tentu saja
termasuk aspek pertahanan dan keamanan. Indonesia
dikenal unggul dalam kepemilikan sumberdaya alam dan
kuantitas sumber daya manusia. Kawasan yang luas, beribu
pulau, sebagian besar berupa laut, dan di kawasan tropis
yang hangat sepanjang tahun. Penduduknya merupakan
populasi yang terbesar di ASEAN, sebagai pasar ekonomi
yang tidak terkira. Tapi tentu dua hal tersebut tidak cukup
untuk menjadi andalan dalam bersaing antar bangsa.
Cermin Negara Lain
Pada akhir abad ke-19 hampir semua negara di Asia
telah dijajah oleh bangsa Barat. Agar mampu menghadapi
superioritas bangsa asing, Kaisar Meiji di Jepang mengadakan
gerakan pembaruan yang disebut Meiji Restoration atau
Restorasi Meiji yang berlangsung tahun 1868-1912. Dalam
aspek politik, sosial dan budaya, tradisi kekuasaan samurai di
daerah dilikuidasi atau dihilangkan. Semua terpusat ke negara
tunggal yang dipimpin oleh Kaisar. Tata pemerintahan
dirubah strukturnya dengan model Barat, dengan tetap
mempertahankan keberadaan kekaisaran. Demokratisasi
politik dan ekonomi diterapkan. Para generasi muda dikirim
untuk belajar ke Amerika dan Eropa guna mempelajari
ilmu dan teknologi, agar setelah pulang dapat diterapkan di
negerinya. Adapula yang diwajibkan menjadi guru di tanah
air, untuk mendidik anak bangsa lainnya. Akhirnya Jepang
dapat menyamai, bahkan dalam hal tertentu, mengungguli
Barat.
Perang Korea berlangsung tahun 1950-1953. Setelah
perang usai, segenap unsur bangsa negeri Ginseng tersebut
bertekad untuk memperbaiki negeri, dan bertekad menjadi
bangsa yang unggul. Dengan bantuan Barat, Korea Selatan
mengalami kemajuan perekonomian dan industrialisasi yang
pesat. Akan tetapi, setelah beberapa tahun berjalan, dirasakan
kemajuan hanya terjadi di kalangan “atas”, terutama pemilik
modal. Menyadari kondisi tersebut, Presiden Park Chung
Hee menggagas reformasi untuk membangun ekonomi dan