Cakrawala Edisi 423 Tahun 2014 | Page 27

dengan jumlah amunisi yang terbatas. Mereka tak gentar walaupun jumlah musuh melebihi sepuluh kali lipat jumlah mereka, namun tekad para pemuda pejuang sukarelawan itu tetap gigih tak mengenal takut dan lelah. Bahkan meskipun diantaranya banyak yang hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka tetap maju berjuang. Salah satu hal yang membuat para pemuda pejuang sukarelawan itu berkobar-kobar semangatnya, karena mereka mengetahui bahwa musuh terlebih tentara Jepang paling takut mati karena bambu runcingnya para pejuang Indonesia. Menurut tentara Jepang dan musuh lainnya yang pernah menjajah Indonesia, lebih baik mati tertembak dari pada mati terkena bambu runcing karena lebih lama menahan sakit dan perihnya. Ditengah ceritanya bapak Herio Suparlan terdiam sejenak, pikirannya melayang kembali ke masa perjuangannya. Lalu ia pun melanjutkan kisahnya, seperti nada yang terdengar agak geram ia menuturkan bahwa yang membuat pemuda pejuang sukarelawan marah pada saat itu dan mengadakan penyerbuan ke Jembatan Merah, karena pemuda pejuang sukarelawan mengetahui tentara sekutu membawa serta tentara Belanda (NICA). Meskipun mereka sudah berusaha tutup-tutupi dengan berbahasa Inggris, namun sesekali terlontar bahasa Belandanya, ini yang lalu diketahui oleh para pemuda pejuang sukar