Cakrawala Edisi 423 Tahun 2014 | Page 26

Foto diambil dari karya M. Sochieb kelompok Herio Suparlan pun turut serta ke dalam aksi penyerbuan tersebut, karena posisi mereka menginap saat itu di daerah Ngemplak hanya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi pertempuran. Pada pukul 11.00 hari itu, kelompok Herio Suparlan ikut bertempur melawan tentara sekutu dengan maksud mengusir tentara sekutu dari daerah Jembatan Merah. Hingga pada sekitar pukul 16.00, sebuah mobil patroli berkeliling sambil meminta agar dilakukan gencatan senjata, namun para pemuda pejuang sukarelawan menembaki mobil tersebut, hingga terjadi baku tembak dan menyebabkan pemimpin kelompok pemuda pejuang yang bernama Umar Arief tertembak serta mengalami luka yang cukup parah, namun akhirnya dapat segera diselamatkan. Yang mengejutkan, sebaliknya ternyata para pemuda pejuang telah berhasil menggranat dan menewaskan salah satu jenderal sekutu, yang dua hari kemudian diketahui bernama Jenderal Mallaby. Gencatan senjata pun akhirnya terwujud setelah mengetahui bahwa mobil patroli tersebut berisikan tentara gabungan dari pemerintah Indonesia yang berada di Surabaya bersama tentara sekutu. Namun tentara sekutu mengeluarkan ultimatum dan memerintahkan agar seluruh pemuda pejuang sukarelawan menyerahkan seluruh senjata selambat-lambatnya pada tanggal 10 November 1945, jam 18.00, bila tentara sekutu menemukan pemuda pejuang sukarelawan yang masih memegang senjata akan ditembak mati. Hal ini justru membuat para pemuda pejuang sukarelawan marah, karena untuk mendapatkan senjata-senjata itu tidaklah mudah, mereka harus berjuang bersusah payah dengan resiko bertumpah darah, sementara dengan seenaknya tentara sekutu meminta menyerahkannya. Merasa harkat martabat bangsa diinjak-injak mereka terus mengadakan penyerbuan melawan sekutu, hingga terjadi pertempuran di beberapa daerah di Surabaya, selanjutnya peristiwa itu menjadi lebih dikenal dengan peristiwa “Surabaya Lautan Api”. Pada saat pertempuran di Jembatan Merah kelompok pemuda pejuang sukarelawan dimana Herio Suparlan bergabung hanya berjumlah 30 orang, mereka hanya memegang 12 pucuk senjata, itupun hasil rampasan