Cakrawala Edisi 423 Tahun 2014 | Page 12

TOPIK UTAMA 12 Utopia Negara Maritim di Mana Posisi TNI AL? K ata-kata “maritime” jadi tren saat ini sejak Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Kiblat ke laut ini tentunya disambut baik banyak pihak. Namun, masalahnya soal maritime bukan sekedar keriaan wacana, tetapi harus ada kerja keras dan konsep yang jelas dan berkelanjutan. Untuk itu, bangsa Indonesia harus jujur dengan kenyataan. Salah satu data yang cukup akurat dikeluarga ICC Commercial Crime Services (CCS), yang merupakan cabang Kamar Dagang Internasional yang mengurus kejahatankejahatan perdagangan. Laporan kejahatan ICC di laut selama paruh terakhir bulan Oktober didominasi oleh Indonesia. Lebih konyol lagi, dalam laporan itu disebutkan, walaupun kejahatannya terjadi di perairan Indonesia, tetapi laporan sudah diterima The Maritime and Port Authority of Singapore (MPA). Kalau diteliti lagi, kejahatan-kejahatan yang terjadi di Pulau Karimun Besar (27/10), Tanjung Berakit, Bintan (26/10 dan 22/10), Pulau Karimun Kecil (20/10, 19/10 dan 18/10) adalah perompakan-perompakan dengan modus, kapal kecil merapat ke kapal pembawa dan membawa senjata, belum sampai pembajakan. Rekapitulasi data ICC cukup mencengangkan karena tercatat ada 72 insiden di Indonesia selama Januari hingga September 2014 yang terdiri dari 67 perompakan bersenjata dan lima pembajakan. Dalam dua pembajakan terpisah di Pulau Bintan di bulan September, 26 kru disandera. Perairan Pulau Bintan disebut sebagai “perairan paling banyak serangan sedunia,” walaupun masih level pencurian tingkat rendah. Parahnya lagi, angka-angka ini dikeluarkan ICC dalam konteks turunnya serangan pembajakan di laut selama tiga tahun berturut-turut. Hingga Oktober 2014, angka kejahatan laut secara gl ؘ[Y[