TOPIK UTAMA
12
Utopia Negara Maritim
di Mana Posisi TNI AL?
K
ata-kata “maritime” jadi tren saat ini sejak Joko
Widodo dan Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil
Presiden RI. Kiblat ke laut ini tentunya disambut
baik banyak pihak. Namun, masalahnya soal maritime bukan
sekedar keriaan wacana, tetapi harus ada kerja keras dan
konsep yang jelas dan berkelanjutan.
Untuk itu, bangsa Indonesia harus jujur dengan
kenyataan. Salah satu data yang cukup akurat dikeluarga ICC
Commercial Crime Services (CCS), yang merupakan cabang
Kamar Dagang Internasional yang mengurus kejahatankejahatan perdagangan. Laporan kejahatan ICC di laut selama
paruh terakhir bulan Oktober didominasi oleh Indonesia.
Lebih konyol lagi, dalam laporan itu disebutkan, walaupun
kejahatannya terjadi di perairan Indonesia, tetapi laporan
sudah diterima The Maritime and Port Authority of Singapore
(MPA).
Kalau diteliti lagi, kejahatan-kejahatan yang terjadi di Pulau
Karimun Besar (27/10), Tanjung Berakit, Bintan (26/10 dan
22/10), Pulau Karimun Kecil (20/10, 19/10 dan 18/10)
adalah perompakan-perompakan dengan modus, kapal kecil
merapat ke kapal pembawa dan membawa senjata, belum
sampai pembajakan.
Rekapitulasi data ICC cukup mencengangkan karena
tercatat ada 72 insiden di Indonesia selama Januari hingga
September 2014 yang terdiri dari 67 perompakan bersenjata
dan lima pembajakan. Dalam dua pembajakan terpisah di
Pulau Bintan di bulan September, 26 kru disandera. Perairan
Pulau Bintan disebut sebagai “perairan paling banyak serangan
sedunia,” walaupun masih level pencurian tingkat rendah.
Parahnya lagi, angka-angka ini dikeluarkan ICC dalam
konteks turunnya serangan pembajakan di laut selama tiga
tahun berturut-turut. Hingga Oktober 2014, angka kejahatan
laut secara gl ؘ[Y[