Indonesian Signature
Prestise Songket
Dekat dengan tambang
emas, songket adalah
warisan Asia Tenggara
yang sangat berkaitan
dengan prestise.
K
ita lebih mengenal songket
sebagai oleh-oleh dari
Palembang, atau kota-kota
lain di Sumatra seperti Riau dan
Minangkabau. Meski begitu,
songket tidak dapat dikatakan
sebagai “warisan Nusantara”
karena produk ini juga tercipta
di dataran Asia Tenggara jauh
sebelum terbentuk Indonesia.
Konon songket dipopulerkan
pertama kali oleh Kerajaan
Sriwijaya (600-an hingga
1100-an Masehi), yang wilayah
kekuasaannya terbentang dari
Jawa, Sumatra, Malaysia, Kamboja
hingga Thailand.
Dulunya, kain songket
berhubungan erat dengan
prestise. Pada masa raja-raja,
songket digunakan sebagai
perlambang kekayaan dan
kekuasaan. Ini berkaitan
dengan materi aslinya yang
menggunakan benang berbahan
emas dan perak. Pada masa
itu, wilayah penghasil emas
adalah wilayah yang paling
aktif memproduksi songket,
di antaranya Padang dan
Palembang. Kain songket
dulunya digunakan untuk
acara-acara resmi, seperti
upacara kerajaan dan
upacara pernikahan.
Di Nusantara, Palembang
memang menjadi sentra songket
berkualitas dari dulu sampai
sekarang. Untuk membuat
songket berkualitas tinggi,
setidaknya diperlukan waktu
1 hingga 3 bulan. Sementara
kain songket biasa, yaitu kain
yang tidak terbuat dari emas
dan bisa diproduksi secara
massal oleh siapa saja (laki-
laki dan perempuan) hanya
membutuhkan waktu sekitar
1 hingga 3 hari. Selain Palembang
dan beberapa kota di Sumatra,
songket juga banyak diproduksi
di Bali.
Di masa sekarang, songket tidak
hanya diproduksi untuk sarung,
pakaian dan ikat kepala, songket
kini banyak juga diciptakan untuk
dekorasi rumah, tas wanita, dan
bahkan sarung untuk ponsel—
sebagai cendera mata.
SENTRA Songket
Sentra Kerajinan Tanggo Buntung
Di sini terdapat beberapa toko yang
menjual songket. Harga songket yang
dibuat dari benang emas di sini bisa
mencapai Rp35 juta.
Jl. Ki Gede Ing Suro
30 Ilir, Palembang
Sumatra Selatan
Lokasi ini dapat ditempuh
menggunakan taksi sekitar 10 menit
dari Jembatan Ampera.
Dulunya songket dikerjakan
dengan tingkat kehati-hatian
yang tinggi. Bukan saja karena
songket akan dipersembahkan
untuk keluarga raja, tapi juga
karena materinya yang berlogam
mulia. Konon pada masa itu
hanya anak gadis yang boleh
menenun songket. Tradisi ini
diperkirakan berkaitan dengan
kepercayaan pada kemurnian
dan restu alam. Karena itu pula
songket pada masanya sering
digunakan sebagai seserahan
dan ditempatkan di dalam
kotak untuk disimpan—
semacam pusaka.
76
Mutiara Biru