Going Places
Transporter
V
olume kendaraan di Jakarta sudah kian
padat. Pemerintah telah menggodok
suatu sistem terpadu untuk mengatasi
kemacetan Jakarta yang sudah dikenal
mendunia. Salah satu strategi yang sedang
dikembangkan adalah mendorong warga
untuk mau berpindah dari kendaraan
pribadi, baik motor maupun mobil, ke moda
transportasi bus umum.
Revitalisasi bus kota merupakan salah satu
prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
beberapa tahun terakhir. Upaya ini merupakan
suatu hal yang penting karena menjadi sebuah
syarat dan tolok ukur dalam menarik pengguna
kendaraan pribadi untuk beralih kepada
angkutan umum yang nyaman dan ramah.
Apa saja yang harus dilakukan guna mengurai
penumpukan kendaraan pribadi yang saat ini
merajai jalanan dan menciptakan kemacetan di
setiap sudut jalanan Jakarta?
Berdasarkan data yang dianalisis Dewan
Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), pengguna
transportasi umum masih berada di kisaran 20%
dan sisanya masih menggunakan kendaraan
pribadi. Besarnya persentase pengguna
kendaraan pribadi ini mengindikasikan ada
persoalan yang sangat akut untuk diuraikan.
Menurut Iskandar, dua faktor yang menjadi
kunci persoalan adalah kenyamanan dan
ketepatan. Dua faktor ini yang mendorong
pengguna transportasi umum beralih
kepada kendaraan pribadi, terutama
sepeda motor.
Penerapan tarif yang rendah sangat
memungkinkan pengguna kendaraan
pribadi untuk berpindah, apalagi bus
hasil revitalisasi nyaman dan dilengkapi
dengan fasilitas yang hampir sama dengan
kendaraan pribadi. Meski opsi ini telah
dijalankan, Iskandar melihat masukan lain
dari DTKJ terkait penerapan penaikan biaya
parkir bagi kendaraan di gedung belum
dijalankan sepenuhnya oleh Pemprov DKI.
Akibatnya, belum ada efek jera yang sangat
memungkinkan pengguna kendaraan pribadi
untuk berpindah ke kendaraan umum.
Mempermudah Sistem
Selain revitalisasi bus dari lama ke baru,
pekerjaan rumah yang besar dan menuntut
kecepatan untuk diberlakukan adalah
melakukan penyatuan sistem tarif. Setiap
kendaraan umum yang digunakan sistem
pembayarannya harus “single tariff”, sehingga
pengguna kendaraan umum tidak berulang
kali bayar.
Sistem lain yang terus dikejar penerapannya
adalah menggunakan bus hasil revitalisasi
sebagai bus pengumpan yang menjemput
pengguna transportasi umum dari kompleks
perumahan menuju halte Transjakarta.
Dengan mengawinkan prinsip transportasi
seperti ini, diharapkan kemudahan
transportasi umum yang terkoneksi
mampu membuat masyarakat berpindah ke
transportasi umum. Iskandar berharap agar
ke depan, segala sistem dan masukan harus
segera dijalankan oleh Pemprov DKI Jakarta
mengingat dalam beberapa waktu ke depan
MRT dan LRT akan segera dijalankan.
Kehadiran dua produk transportasi massal
berbasis rel ini dipastikan akan bersinergi
dengan sarana transportasi berbasis bus.
Untuk itu, cepat atau lambat masalah
pemenuhan bus yang nyaman dan aman
dengan dukungan sistem yang terintegrasi
akan semakin mengurai kemacetan
di Jakarta.
Setiap kendaraan umum yang digunakan sistem pembayarannya
harus “single tariff”, sehingga pengguna kendaraan umum tidak
berulang kali bayar.
“Persoalan ini yang kita geluti dengan saksama
sehingga melahirkan solusi baru yakni
ketersediaan transportasi umum yang nyaman
dan tepat,” ujar mantan Dirjen Perhubungan
Darat Kementerian Perhubungan.
Sebagai langkah awal, sambungnya, DTKJ
merekomendasikan kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan
revitalisasi bus yang terbilang tua dengan
menggantikan bus baru yang lebih nyaman
dan aman. Rekomendasi ini telah dijalankan
oleh Pemprov DKI dengan menggandeng
pemilik sarana bus Kopaja dan Metromini
untuk mendapatkan bus baru melalui skema
pinjaman dari pihak perbankan.
Sejauh ini banyak pengusaha transportasi
umum telah bekerja sama dengan pihak
Pemprov DKI melalui skema keuntungan
berdasarkan kilometer perjalanan. Meski
demikian, Iskandar menambahkan, perlu ada
gebrakan lain juga dalam transportasi berbasis
bus lainnya yakni penerapan komponen tarif
yang murah dan memudahkan pengguna
transportasi. “Jadi tarif yang diberlakukan juga
harus kecil, berada di kisaran 10% atau paling
tinggi 12%,” ujar Iskandar yang juga menjabat
Ketua Asosiasi Kendaraan Ultra Premium
Indonesia (AKUPINDO).
FASILITAS | Perbaikan fasilitas bus kota dinilai
sebagai salah satu jalan keluar.
Mutiara Biru
55