Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - April 2018 | Page 63

Meet the Driver Elvira Sari Ratnadi Wanita Perkasa B ila melihat dandanannya yang apik, agak sulit memercayai perempuan cantik berdarah Palembang yang akrab disapa Evi ini gemar mengendarai mobil berukuran besar, dari bus sampai truk tronton. Belajar menyetir mobil sedan sejak SD bersama sang paman, lama-kelamaan saat beranjak dewasa, Evi pun menemukan keasyikan tersendiri kala mengakrabi kemudi. “Suatu kali, saya ditilang polisi gara-gara melintasi busway di kawasan Thamrin. Sejak itu, saya bertekad menjadi pengemudi Bus Transjakarta, dan akhirnya kesampaian,” ujar Evi. Beberapa tahun kemudian, dia hengkang lantaran sakit. Begitu sembuh, Evi hijrah ke Kalimantan Tengah. Kali ini, membawa truk pengangkut hasil pertanian, juga tabung gas LPG. Sekembalinya ke Jakarta, Evi mewujudkan cita-citanya sedari masa sekolah: menjadi pengemudi bus Big Bird. “Dulu, setiap pulang sekolah selalu melewati pool Blue Bird. Dalam hati, saya ingin jadi pengemudi busnya.” Tanpa proses berbelit, Evi diterima bekerja. Terlebih dahulu sebagai pengemudi taksi. Berselang beberapa bulan, barulah dia membawa bus. Bagi Evi, pekerjaan sebagai pengemudi Big Bird sesuai panggilan jiwa. “Saya menikmati. Saya belum ingin berhenti,” katanya. Semangat, keberanian dan rasa percaya diri membuat Evi tak gentar menghadapi tantangan di jalanan, termasuk preman yang kerap memalak. Saat disinggung soal emansipasi perempuan, dia memiliki jawabannya sendiri. “Emansipasi jaman now itu tuntutan hidup yang harus kita lengkapi,” kata Evi, lugas. “Kalau dulu, Ibu Kartini ingin sama pintar dengan pria, jangan sampai dibodoh- bodohi. Sekarang, perempuan tidak bisa hanya menunggu, lalu menuntut ini itu. Salah. Perempuan juga tetap berusaha, berkarya. Semisal ibu rumah tangga, kan bisa berdagang online. Yang penting, halal. Moto Jadikan hobi sebagai pekerjaan. Jika dilakukan dengan senang hati, sampai kapan pun tidak akan pernah bosan. Bikin suasana ceria sepanjang perjalanan. Selain menguasai setir dan mesin, pengemudi juga harus memiliki rasa percaya diri, jujur, dan bisa dipercaya. Yessi Diana Sondakh Setangguh Pria S ama seperti Evi, Yessi juga pernah menjadi pengemudi Bus Transjakarta, bahkan angkatan pertama 2004, setelah sebelumnya membawa bus pariwisata keliling Jawa. Begitu mengetahui beberapa kawannya bekerja di Blue Bird, dia pun mengikuti seleksi dan diterima sebagai pengemudi taksi. Lucunya, ketika dialihkan ke Big Bird, Yessi justru merasa tidak sreg. “Ternyata lebih enjoy di meter [taksi],” katanya, tersenyum. Padahal Yessi mengantongi titel sarjana ekonomi dan sempat kerja kantoran, salah satunya di bank. Tak jarang, ia mendapat tawaran bekerja sebagai pengemudi pribadi. Namun dia bergeming, “Kadung cinta Blue Bird.” Kali ini, tawanya berderai. Bagi Yessi, tak masalah melakoni pekerjaan yang didominasi pria. “Kalau pria bisa, kenapa saya tidak,” kata Yessi seraya menceritakan pengalaman masa lalu. “Sejak kecil, ayah mencekoki saya dengan aktivitas khas laki-laki, termasuk mengutak-atik mesin motor dan mobil. Pas SMP, saya mulai belajar nyetir. Saya suka ngebut, tapi tidak ugal-ugalan. Alhamdulillah belum pernah menabrak, malah lebih sering ditabrak.” Di balik tubuh rampingnya, Yessi memang memiliki nyali besar. Saat masih membawa Big Bird ke sebuah kota di Sumatra, dia pernah berhadapan dengan “bajing loncat” alias preman bersenjata tajam yang berniat memalak dalam jumlah besar. Mau tak mau dia melawan. Meskipun terluka di bagian kepala, Yessi tetap melanjutkan perjalanan, selamat sampai tujuan. Sekalipun perkasa di jalanan, Yessi tak memungkiri, dirinya masih memiliki kepekaan khas perempuan, melankolis, terutama saat sedih. Di sisi lain, dia senang menjalani pekerjaan sekarang. Apalagi dia memiliki banyak pelanggan. Bahkan salah satunya baru-baru ini mengajaknya beribadah umrah ke Tanah Suci. Moto Selama saya menikmati pekerjaan, nyaman dan bisa memenuhi kebutuhan keluarga, saya akan menjalaninya. Kita perempuan harus maju, bisa berjuang dan bekerja, bagaimanapun caranya, asalkan halal. Sekalipun ada pendamping hidup, tetap harus mandiri. Mutiara Biru 61