Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - April 2018 | Page 57

Going Places Transporter L ight Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) akan segera dioperasikan. Jika sesuai jadwal, megaproyek yang menelan dana triliunan rupiah itu diperkirakan akan siap beroperasi mulai pertengahan tahun ini sampai ke 2019. LRT dan MRT bukan sekadar bangunan fisik yang bernilai mahal, tapi juga akan menjadi fase baru bagi pola pergerakan masyarakat sehari-hari. Dengan sendirinya, moda transportasi massal ini akan mengubah pola hidup banyak orang, terutama dalam soal transportasi. Saat ini, masyarakat Jakarta sedang menghadapi sebuah pergerakan budaya yang sangat pesat, biasa disebut “hipermodernis”, ditandai dengan mobilitas dalam aktivitas kehidupan yang sangat cepat. Salah satu aspek yang mendukung hipermodernitas adalah kebutuhan akan transportasi. Sejak 2004, pemerintah telah menyiapkan program khusus untuk menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta yang hipermodernis, yaitu dengan merancang MRT dan LRT yang berbasis rel agar secara drastis mengurangi kemacetan. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan upaya pemerintah dalam membangun MRT dan LRT patut diapresiasi dan didukung. “Meski dua moda transportasi ini terus dirampungkan, masih ada beberapa catatan lain yang harus diperhatikan,” tutur dosen Fakultas Arsitektur Lanskap ini kepada Mutiara Biru. Beberapa catatan yang dimaksud adalah ketersediaan simpul-simpul yang dapat mengintegrasikan stasiun pemberhentian MRT dan LRT. Yayat menjelaskan simpul yang terintegrasi tersebut dirancang dengan konsep TOD, atau Transit Oriented Development. TOD pada hakikatnya adalah sebuah konsep pengembangan kawasan yang diintegrasikan dengan sistem transportasi massal. Dalam konteks MRT dan LRT, TOD akan dikembangkan untuk mengatur pola pergerakan masyarakat berdasar zona-zona yang dituju; apakah itu zona bisnis, perkantoran, atau fasilitas sosial. Tujuannya adalah menekan angka perjalanan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. TOD akan mengakomodasi beragam fungsi, dan akan mengatur pergerakan masyarakat sesuai kebutuhannya. Dengan kata lain, TOD merupakan sistem yang menghubungkan antara satu sistem layanan dengan layanan di sekitarnya. Salah satu contoh yang dimaksud adalah keterhubungan stasiun pemberhentian dengan perkantoran, apartemen, dan pusat perbelanjaan sehingga orang bisa berpindah dengan aman dan nyaman. Tujuannya adalah menekan angka perjalanan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Perhatikan Pedestrian Hingga saat ini Pemprov DKI dan jajarannya sedang membahas konsep TOD dalam Peraturan Daerah untuk siap digunakan. Nantinya akan muncul simpul layanan angkutan massal berbasis rel yang memiliki pendekatan dengan menggabungkan tata ruang dan transportasi. “Nantinya MRT dan LRT akan diberi mandat untuk menjadi fasilitator dan koordinator bagi setiap TOD. Jadi, pola transportasi rel ini akan membentuk struktur ruang di Jakarta dan sekitarnya. Pastinya akan banyak muncul TOD baru di sepanjang jalur LRT dan MRT. Ke depannya angkutan ini akan menjadi primadona baru,” ujar pakar perkotaan yang sempat menjadi panelis pada debat Cagub di Pilkada DKI 2017 lalu ini. Selain penerapan TOD yang teratur dan terhubung dengan kendaraan lain, Yayat menegaskan bahwa pekerjaan rumah terbesar adalah memperhatikan kawasan pedestrian yang lebih menjamin setiap penumpang yang menggunakan MRT dan LRT. Perhatian khusus pada pejalan kaki dipandang penting karena daya angkut MRT dan LRT yang besar sehingga krusial untuk membangun area pejalan kaki yang lebih lebar dan diatur dengan penataan kawasan pedestrian yang menarik. Pemprov DKI diharapkan mampu membuat kawasan pejalan kaki di sepanjang koridor MRT dan LRT yang nyaman, bersih, dan teduh. Di sisi lain, penataan area pejalan kaki juga harus melibatkan setiap pemilik bangunan yang bersinggungan dengan stasiun MRT dan LRT. Harga tiket merupakan faktor lain yang harus dipersiapkan oleh Pemprov DKI. Yayat menilai, harga tiket merupakan faktor yang paling vital karena sangat memengaruhi masyarakat pengguna kendaraan pribadi untuk mau berpindah menggunakan MRT dan LRT. “Harga tiket harus lebih rasional dan hemat sama seperti yang dilakukan pemerintah Singapura dan Hong Kong di awal penerapan MRT dan LRT di sana,” ujar Yayat yang percaya MRT dan LRT akan mengubah pola hidup masyarakat dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain. PLATFORM | Platform transportasi akan ikut mengubah platform pergerakan warga dalam konteks interaksi sosial. Mutiara Biru 55