Going Places
Transporter
L
ight Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid
Transit (MRT) akan segera dioperasikan.
Jika sesuai jadwal, megaproyek yang
menelan dana triliunan rupiah itu diperkirakan
akan siap beroperasi mulai pertengahan
tahun ini sampai ke 2019. LRT dan MRT bukan
sekadar bangunan fisik yang bernilai mahal,
tapi juga akan menjadi fase baru bagi pola
pergerakan masyarakat sehari-hari. Dengan
sendirinya, moda transportasi massal ini
akan mengubah pola hidup banyak orang,
terutama dalam soal transportasi.
Saat ini, masyarakat Jakarta sedang
menghadapi sebuah pergerakan budaya yang
sangat pesat, biasa disebut “hipermodernis”,
ditandai dengan mobilitas dalam aktivitas
kehidupan yang sangat cepat. Salah satu
aspek yang mendukung hipermodernitas
adalah kebutuhan akan transportasi.
Sejak 2004, pemerintah telah menyiapkan
program khusus untuk menjawab kebutuhan
masyarakat Jakarta yang hipermodernis,
yaitu dengan merancang MRT dan LRT
yang berbasis rel agar secara drastis
mengurangi kemacetan.
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti,
Yayat Supriatna, mengatakan upaya
pemerintah dalam membangun MRT dan LRT
patut diapresiasi dan didukung. “Meski dua
moda transportasi ini terus dirampungkan,
masih ada beberapa catatan lain yang harus
diperhatikan,” tutur dosen Fakultas Arsitektur
Lanskap ini kepada Mutiara Biru. Beberapa
catatan yang dimaksud adalah ketersediaan
simpul-simpul yang dapat mengintegrasikan
stasiun pemberhentian MRT dan LRT.
Yayat menjelaskan simpul yang
terintegrasi tersebut dirancang dengan
konsep TOD, atau Transit Oriented
Development. TOD pada hakikatnya
adalah sebuah konsep pengembangan
kawasan yang diintegrasikan dengan sistem
transportasi massal. Dalam konteks MRT
dan LRT, TOD akan dikembangkan untuk
mengatur pola pergerakan masyarakat
berdasar zona-zona yang dituju; apakah itu
zona bisnis, perkantoran, atau fasilitas sosial.
Tujuannya adalah menekan angka
perjalanan dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi.
TOD akan mengakomodasi beragam fungsi,
dan akan mengatur pergerakan masyarakat
sesuai kebutuhannya. Dengan kata lain, TOD
merupakan sistem yang menghubungkan
antara satu sistem layanan dengan layanan di
sekitarnya. Salah satu contoh yang dimaksud
adalah keterhubungan stasiun pemberhentian
dengan perkantoran, apartemen, dan pusat
perbelanjaan sehingga orang bisa berpindah
dengan aman dan nyaman.
Tujuannya adalah menekan angka perjalanan
dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Perhatikan Pedestrian
Hingga saat ini Pemprov DKI dan jajarannya
sedang membahas konsep TOD dalam
Peraturan Daerah untuk siap digunakan.
Nantinya akan muncul simpul layanan
angkutan massal berbasis rel yang memiliki
pendekatan dengan menggabungkan tata
ruang dan transportasi.
“Nantinya MRT dan LRT akan diberi mandat
untuk menjadi fasilitator dan koordinator
bagi setiap TOD. Jadi, pola transportasi rel ini
akan membentuk struktur ruang di Jakarta
dan sekitarnya. Pastinya akan banyak muncul
TOD baru di sepanjang jalur LRT dan MRT.
Ke depannya angkutan ini akan menjadi
primadona baru,” ujar pakar perkotaan yang
sempat menjadi panelis pada debat Cagub
di Pilkada DKI 2017 lalu ini.
Selain penerapan TOD yang teratur dan
terhubung dengan kendaraan lain, Yayat
menegaskan bahwa pekerjaan rumah terbesar
adalah memperhatikan kawasan pedestrian
yang lebih menjamin setiap penumpang yang
menggunakan MRT dan LRT.
Perhatian khusus pada pejalan kaki
dipandang penting karena daya angkut
MRT dan LRT yang besar sehingga krusial
untuk membangun area pejalan kaki yang
lebih lebar dan diatur dengan penataan
kawasan pedestrian yang menarik. Pemprov
DKI diharapkan mampu membuat kawasan
pejalan kaki di sepanjang koridor MRT dan
LRT yang nyaman, bersih, dan teduh. Di sisi
lain, penataan area pejalan kaki juga harus
melibatkan setiap pemilik bangunan
yang bersinggungan dengan stasiun MRT
dan LRT.
Harga tiket merupakan faktor lain yang harus
dipersiapkan oleh Pemprov DKI. Yayat menilai,
harga tiket merupakan faktor yang paling
vital karena sangat memengaruhi masyarakat
pengguna kendaraan pribadi untuk mau
berpindah menggunakan MRT dan LRT.
“Harga tiket harus lebih rasional dan hemat
sama seperti yang dilakukan pemerintah
Singapura dan Hong Kong di awal penerapan
MRT dan LRT di sana,” ujar Yayat yang percaya
MRT dan LRT akan mengubah pola hidup
masyarakat dalam berpindah dari satu tempat
ke tempat lain.
PLATFORM | Platform transportasi akan ikut
mengubah platform pergerakan warga dalam
konteks interaksi sosial.
Mutiara Biru
55