Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - Agustus 2018 | Page 63

Meet the Driver Puji Suyono Tragedi Berharga T ragedi pengeboman di Surabaya, pada pertengahan Mei 2018 lalu, menyisakan pengalaman berharga bagi Puji Suyono. Ketika itu, ia mengantar seorang ibu yang telah baya ke Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya. “Sebetulnya si ibu ingin turun di pintu samping. Tapi antrean kendaraan panjang. Saya usulkan turun di pintu depan,” kata Puji. Lantaran si ibu tak keberatan, Puji pun mengarahkan kendaraannya beberapa meter ke depan. Namun belum juga kendaraan berhenti dengan sempurna, tak disangka, pada saat yang sama terdengar bunyi ledakan di pintu samping gereja. “Seperti ban meletus,” kata pria asal Bojonegoro yang berdinas di pool taksi Blue Bird Darmo Kali, Surabaya, sejak 2013 ini. “Sesampainya di depan gereja, orang-orang berhamburan,” Puji melanjutkan kisahnya. “Spontan, saya membuka kaca jendela dan bertanya pada tukang becak yang lewat. Katanya, ada bom!” Belakangan diketahui, ledakan bom bunuh diri bermotif terorisme di gereja yang dikenal dengan nama Paroki Ngagel ini menewaskan dua orang dan mencederai belasan orang. Dalam keadaan panik, si ibu meminta Puji agar mengantar kembali ke rumah di Jalan Ngagel Jaya Tengah. Puji melanjutkan perjalanan sembari terus menyimak siaran radio lokal. “Itulah pengalaman berharga saya,” kata Puji. Sejak hari itu dan seterusnya, Puji tetap menjalani pekerjaan sebagaimana biasa: narik mulai pukul lima pagi sampai setengah sembilan malam. Moto Pelan-pelan dalam pemikiran, serius dalam pelayanan. Melayani penumpang dengan ikhlas dan sepenuh hati tanpa membedakan satu sama lain adalah tanggung jawab pengemudi. Semula, Puji ingin bekerja sebagai sopir pribadi. Tetapi begitu melihat lowongan kerja di Blue Bird, ia pun tertarik mencoba dan akhirnya diterima. “Saya melihat ada peluang di Blue Bird untuk menyejahterakan taraf ekonomi keluarga,” kata Puji, optimistis. Ia berkeinginan, Blue Bird semakin terkenal di dunia. “Tegakkan grooming agar Blue Bird semakin glowing.” Choirul Arief Pekerjaan Mulia P engalaman pahit sebagai korban pemutusan hubungan kerja (PHK) tak menjadikan Choirul Arief patah arang. Sebaliknya, ia tetap bersemangat. “Saya tidak pernah pilih-pilih pekerjaan. Asalkan halal, saya terima demi kelangsungan hidup keluarga,” kata Choirul. Pada akhir Desember 2015, ia pun mendapatkan pekerjaan baru: sebagai pengemudi taksi Blue Bird pool Batam. Diakui Choirul, bukan hal mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. “Saya terus berusaha, sampai akhirnya saya betah dan bangga menjadi bagian dari keluarga Blue Bird Group,” kata Choirul. Dalam pandangannya, pengemudi taksi adalah pekerjaan mulia. Di satu sisi, ia mengabdikan diri demi keluarga tercinta, dan di sisi lain untuk Blue Bird. Dalam sepekan, ia mengatur jadwal kerja 6-1: enam hari narik dan satu hari libur. Sehari-hari, ia biasa narik sejak pukul enam pagi hingga sebelas malam. Tak jarang ia menjumpai penumpang dengan karakter unik. “Ada penumpang yang tidak mau dihubungi lewat telepon, dan tidak ngomong apa-apa selain lokasi yang ingin dituju, lalu diam,” tutur Choirul. Tentu saja, tidak semua penumpang diam seribu bahasa atau memperlihatkan keanehan seperti itu. Seorang penumpang lain bahkan menjadi langganan setianya dalam kurun 1,5 tahun belakangan. Setiap hari, Choirul mengantarnya ke tempat tujuan yang sama, pergi dan pulang. Keakraban pun terjalin, hingga satu sama lain menganggap layaknya keluarga sendiri. Moto Sabar dan selalu berusaha. Dalam menghadapi penumpang, terutama yang berkarakter unik. Kuncinya adalah sabar, tetap melayani dengan sepenuh hati, juga lebih bijak dan ikhlas. Tak sebatas terhadap penumpang, Choirul juga ingin keakraban terjalin di lingkungan kerja. Ia berharap, tim manajemen Blue Bird, khususnya di daerah, memberikan pelayanan dan reaksi cepat, utamanya terkait kesejahteraan pengemudi. “Supaya fasilitas- fasilitas yang diberikan oleh Blue Bird pusat bisa segera terealisasikan untuk Blue Bird di daerah.” Mutiara Biru 61