Going Places
Transporter
D
igitalisasi tak terhindari di semua lini,
termasuk transportasi. Lepas dari
kacamata akademisi, Ofyar Zainuddin
Tamin memaparkan bahwa digitalisasi
transportasi membawa banyak manfaat, baik
bagi pengguna jasa transportasi maupun
operatornya. Secara akademis maupun
secara praktis, pengamat transportasi dari ITB
ini tidak melihat ada aspek yang merugikan
dari digitalisasi.
“Inilah kemajuan zaman, di mana industri
memasuki masa yang disebut Era 4.0. Semua
memanfaatkan teknologi digital. Semua
sekarang jadi lebih mudah dan lebih murah.
Pengguna transportasi dan operator sama-
sama diuntungkan dengan tren digitalisasi ini,”
ujar Ofyar yang tercatat sebagai Guru Besar
kelompok keahlian transportasi di Fakultas
Teknik Sipil ITB.
Meski begitu, menurut Ofyar, berbeda dengan
kota-kota besar di dunia seperti London, kita
terkesan belum cukup siap mengadaptasi
tren ini. Sehingga beberapa persoalan dalam
lingkup industri transportasi muncul, termasuk
reaksi-reaksi keras di lapangan yang akhirnya
mendorong pemerintah sebagai operator
untuk turun tangan menengahi.
“Sebetulnya tidak perlu ada masalah kalau
sistem transportasi publik kita sudah baik.
Tapi karena sistem transportasi kita masih
belum sempurna, maka digitalisasi ini
sempat menimbulkan persoalan pro dan
kontra,” ujar Ofyar menyoroti persaingan yang
sempat kurang sehat antara operator-operator
transportasi dan bisnis transportasi online.
“Salah satu persoalan utama yang
harus segera dibereskan adalah transportasi
publik, terutama persoalan coverage area yang
belum cukup luas. Sebagai contoh,
daya jangkau transportasi publik di Bandung
itu masih 30 persen. Artinya masih ada 70
persen wilayah yang belum bisa terjangkau
dengan transportasi publik. Di Jakarta
memang sudah lebih baik dengan coverage
area sebesar 70 persen, tapi tetap harus
ditingkatkan,” ujar dosen jebolan Imperial
College University of London ini.
Area-area yang tidak terjangkau
oleh transportasi publik itu akan diisi
oleh transportasi private, yaitu moda
transportasi yang tanpa trayek—termasuk
taksi dan ojek yang mengantar penumpang
sesuai destinasi yang diminta. Ofyar menilai,
jika transportasi publik kita sudah diperbaiki,
maka dengan sendirinya tidak perlu terjadi
persaingan kurang sehat di antara operator-
operator transportasi, baik yang public
maupun private, digital atau nondigital.
Khusus mengenai Blue Bird, ahli studi Rekayasa Jalan Raya ini
mengatakan bahwa Blue Bird memainkan peran penting pada
sektor transportasi privat.
Integrasi Transportasi
Namun, terlepas dari digital dan
nondigital, dasar persoalan besar yang mesti
diselesaikan pemerintah adalah ketersediaan
transportasi publik yang mumpuni. Bukan
saja soal coverage area, tapi juga interkoneksi
antara transportasi publik yang satu dengan
yang lain. Ofyar melihat ini sebagai aspek
penting yang perlu segera ditangani untuk
mendorong masyarakat menggunakan
transportasi publik dibanding
kendaraan pribadi.
“Di kota-kota maju, sistem transportasi publik
yang terpadu sudah berjalan dengan baik. Kita
perlu terapkan itu. Saya mendukung program
pemerintah DKI Jakarta untuk menerapkan OK
OCE Trip di mana nanti orang bisa mencapai
destinasinya dengan menggunakan satu
kartu untuk beberapa moda transportasi,” ujar
profesor yang ikut membidani perencanaan
transportasi kereta Bandara Soekarno-Hatta
langsung ke Jakarta ini.
Di tengah era di mana semua industri sudah
mengadaptasi tren digitalisasi, Ofyar tidak
melihat alasan yang kuat kenapa masih ada
sejumlah operator transportasi yang anti
pada digitalisasi. “Mau bagaimana lagi? Semua
sekarang sudah serba digital. Kalau tidak mau
ikut, ya siap-siap tersingkir,” ujar Ofyar sekaligus
menyematkan respons positif terhadap
aplikasi digital dari Blue Bird.
Khusus mengenai Blue Bird, ahli studi
Rekayasa Jalan Raya ini mengatakan bahwa
Blue Bird memainkan peran penting pada
sektor transportasi privat. “Blue Bird sudah
bagus. Blue Bird mampu beradaptasi dengan
era digital, termasuk kerja samanya dengan
taksi online. Menurut saya, untuk kategori taksi,
Blue Bird adalah yang terbaik,” ujar Profesor
Ofyar menyimpulkan.
INTERKONEKSI | Profesor Ofyar (atas) melihat
interkoneksi transportasi masih perlu dibenahi.
Mutiara Biru
55