membuat istrinya memukulnya dengan centong nasi. Ketika mereka melihat Jihoon, mereka
melempar sekotak sushi spesial berstiker tema Halloween di bungkusnya. Jihoon tersenyum,
berterima kasih, lalu melanjutkan larinya.
Dia melihat teman-temannya, para anak lelaki yang telah ia kenal sedekat nadi di lehernya,
melaksanakan tugasnya masing-masing. Mereka semua telah berganti pakaian dari kostum
pesta menjadi kemeja putih dan celana panjang, antara hitam atau putih. Sebagai penanda
bagian dari panitia terselubung Trick or Treat, masing-masing mengenakan topeng hewan.
Jeonghan dengan topeng kelincinya memandu beberapa anak selama perjalanan, menjaga
agar mereka tidak hilang. Minghao si topeng katak dan Mingyu si topeng anjing terjebak
dalam diskusi akan kostum yang para siswa kenakan, meski detik berikutnya, ibu Mingyu
menyuruhnya untuk berhenti bermain-main dan mulai membantunya menggoreng potongan
labu, yang kemudian akan disiram madu dan wijen sebagai kudapan peserta Trick or Treat
mereka. Seungkwan, si topeng biri-biri, terdengar sedang memarahi seorang anak yang
menolak sajian khas tokonya, yakni sebotol mini jus sayuran.
"Ini tuh sehat! Ginian aja kamu pilih-pilih, gimana nanti kamu pas mau kawin??"
"Hubungannya di manaaa..."
Semua. Semua yang ia kenal. Udara yang ia hirup. Wajah yang familier. Suara tawa dan
keriuhan malam itu akan ia kenang tiap kali ia menutup mata. Jihoon tahu, walau sering ia
melayang keluar dari realita ke dunia imajinasi khayalannya, menolak tegas pelukan Jun,
mendelik galak pada senyuman jahil Wonwoo, atau menepis tangan Soonyoung dari tangann-
ya, ia tahu,
bahwa ia sudah terikat dalam untai benang takdir bersama dua belas anak lelaki itu.
Selamanya.
"Trick or treaatt!"
"Haloo," senyuman ceria dari seorang wanita. "Wah kalian lucu sekali~ Silakan~" Dibagikan-
nya sebuket kecil cosmos warna putih, pink lembut, ungu muda, pink tua, dan ungu beludru.
"Bisa juga untuk Ibu atau pacar kalian. Berikan ya~"
Anak-anak itu menghirup buket di tangan mereka, tersenyum lebar, lalu berterima kasih
sebelum melanjutkan perjalanan. Mereka mengayunkan lengan tanda perpisahan pada wanita
itu, yang dibalas dengan lambaian tangan. Kemudian, wanita itu menghela napas.
"Jihoon ke mana ya... padahal buketnya dia yang buat satu-satu..."
"Mungkin dia main sama teman-temannya, Mah," tawa seorang pria terdengar dari dalam.
Lalu mereka masuk kembali ke dalam toko sambil mengobrol.