An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 86

Yang ditanya hanya menggaruk bagian belakang kepala, sama bingungnya dengan Wonwoo. "Hng," Jihoon mengangkat bahu sambil lalu. Ia berdiri, ditepuknya dedaunan dari pakaiannya hingga bersih. "Anak-anak pada ke mana?" "Kamu yang ke mana," Wonwoo mendecak. Ia juga sudah berganti pakaian memakai kemeja dan celana hitam. Topengnya berbentuk rubah Asia dengan mata menyipit naik. "Dicariin dari tadi, malah tidur di sini. Tamu-tamu sudah pada datang tuh. Cepat siap-siap." Jihoon tidak menjawab, hanya mengangguk kecil lalu pergi menuju rumahnya sendiri. Matanya menangkap pemandangan jalan pertokoan yang sudah ia kenal sejak lahir. Malam itu, semua tampak berbeda. Jihoon berlari. Rambut pirang hampir platinanya terurai diacak angin malam bulan Oktober yang dingin. Napasnya putih, mengepul jernih, meninggalkan jejak dalam gelap. Disulap, jalan di mana ia tumbuh, menjadi seperti di buku cerita anak-anak. Lampu sepanjang jalan itu sengaja dipasangi kaca sehingga menimbulkan kesan lampu minyak zaman Victoria. Hitam dan jingga mewarnai setiap sudutnya. Ada bongkah labu berwajah menyeramkan di depan kios cumi bakar (dengan celupan spesial terbuat dari labu yang dihancurkan), sedangkan yang dipajang di depan toko aksesori justru labu berwa- jah lucu, hampir-hampir mengenaskan. Patung nenek sihir, laba-laba mainan lengkap dengan jaringnya, seprai-seprai dibentuk seperti hantu, peri kebun disorot senter dari bawah, tulisan-tulisan mirip balon kata bertajuk 'BOO' dan, tentu saja, 'HAPPY HALLOWEEN'. Warga di sana tidak tanggung-tanggung dalam merias jalan pertokoan tersebut agar meriah. Selayang pandang, ia menangkap sosok anak-anak yang tak terasa asing baginya. Tentu saja. Sekolah mereka terlalu sempit untuk tidak mengenal satu sama lain. Mereka bergerak dalam grup-grup kecil, antara tiga sampai empat orang, menyusuri jalan pertokoan itu, mengetuk dari pintu ke pintu. "TRICK OR TREAATT!" Satu kelompok mengetuk pintu kafe keluarga Joshua, yang disambut dengan senyuman ramah ibunya. Benar-benar persis Joshua. "Wah, peri-peri kecil yang manis~" "Bukan, Tante, kami jadi Trio Hantu di Casper--" "Nah, peri-peri kecil, Tante akan kasih sekotak pai labu, tapi nyanyi dulu~" "KOK GITU, TAN?!" Jihoon mendengus geli. Benar-benar persis Joshua, hha. Kakinya masih membawanya berlari. Kelompok siswa di depan toko ikan malah ditakuti balik oleh ayah Seokmin, mem- buat mereka lari lintang-pukang. Bapak-bapak paruh baya itu tertawa terbahak-bahak, yang