An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 82

“Terus kalau mereka, atau keluarganya, atau teman-temannya, konsumsi, terus suka, mereka bisa balik lagi ke toko kita gitu ya, Shua?” “Betul!” Joshua menunjuk penuh semangat. “Dan kalau suka, mereka bakal cerita ke orang lain, lalu orang lain itu cerita ke orang lainnya lagi. Mungkin juga kabarnya sampai ke kota besar. Turisme meningkat. Wah, gila, ini ide bagus. Benar-benar khas Joshua Hong, Wakil Ketua OSIS kebanggaan sekolah!” “Berisik ah,” ditinjunya perlahan lengan atas Jeonghan, meski nyatanya, Joshua tertawa tersipu-sipu. “Yah, tapi kita masih harus tunggu approval dari Pak Kepala Sekolah sih. Apala- gi ini anak-anak bakal main sampai malam. Aku masih pesimis kita bisa dapat ijin.” Mereka sampai gerbang sekolah. Anak-anak yang berdatangan masih cukup ramai. Mereka saling menyapa selamat pagi, terutama pada sang Ketua dan Wakil Ketua OSIS. Tentulah Jeonghan dan Joshua balas menyapa dengan gayanya masing-masing di sela-sela diskusi mereka. “Nggak lah, pasti disetujuin.” “Kok kamu bisa yakin begitu, Hani?” Yang ditanya tersenyum. “Soalnya nanti aku yang bakal maju pas rapat sama Pak Kepala Sekolah.” Dan Joshua tahu bahwa rundown yang ia buat semalam 99% akan terwujud. *** “Jihoonie~ Nanti kamu pakai baju apa di pesta Halloween?” Yang ditanya mendelik galak sesaat, lalu kembali menekuni kertas yang ia coreti sedari tadi. Menelengkan kepala dengan penuh tanda tanya, Wen Junhui, anak pemilik toko barang antik, yang terkenal di sekolah sebagai si ganteng-ganteng gesrek, mencoba mengintip isi dari kertas tersebut, hanya untuk diganjar oleh sebuah toyoran kepala kasar dari anak lelaki yang lebih pendek darinya itu. Karena sudah terbiasa, Junhui tidak marah, hanya cengengesan saja. “Galak banget, Hoon~” “Bagus, Ji! Toyor lagi! Yang lebih kuat!” “Berisik, Wonwoo,” decakan lidah. Yang disebut terakhir itu adalah Jeon Wonwoo, anak lelaki keturunan langsung penjaga kuil