An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 35

Harpa yang juga diungkit oleh Mingyu beberapa hari lalu ketika Soonyoung bertanya dari mana asal benda tersebut. “Harpa itu milik pemilik rumah sebelumnya, diberikan kepadaku.” Yang baru disadari Wonwoo adalah, sejak kapan Mingyu bisa bermain harpa? Laki-laki itu tidak bisa bermain alat musik, paling lihai hanyalah pianika yang sering digunakan untuk keterampilan musik saat kau SD. Jadi, bagaimana laki-laki itu memperoleh kemampuan itu—oh, sebentar. Wonwoo termangu, otaknya mencoba membangun satu kesimpulan utama, begitu lambatnya sampai-sampai yang menyadarkannya adalah bisikan Soonyoung—yang masih sama takutn- ya. “Apa ia lagi-lagi dirasuki?” Ah sialan, apa laki-laki itu memang sedang dirasuki? Kerumunan itu kemudian menjadi hening, seolah-olah mereka semua diperintah untuk mendengar alunan harpa yang menjadi satu-satunya sumber suara. Ketika permainan harpan- ya selesai, barulah Mingyu membuka matanya, menampakkan jelas bola matanya yang berwarna merah darah, persis seperti yang dilihat Wonwoo dari balik pintu saat itu. Artinya, itu memang benar Mingyu. Yang mengintip mereka berdua berbicara di kamar kala itu. Mingyu yang sedang dirasuki. Dengan lambat, Mingyu meletakkan harpa tua itu di tanah, sangat amat hati-hati seolah-olah harpa itu adalah barang yang sangat amat berharga. Kemudian, berjalanlah ia menuju api unggun yang ada di tengah-tengah kerumunan. Ia menjulurkan tangannya, kemudian tertawa. “Wonwoo,” Soonyoung hampir menangis, “Ayo kita pulang.” Wonwoo menggeleng. Ia tidak bisa melakukannya. Sepupunya ada di sana, dirasuki oleh makhluk entah apa yang membuat laki-laki itu akan membunuh dirinya sendiri. Langkah demi langkah, kaki laki-laki itu semakin mendekati api unggun, dan ironisnya, Mingyu masih tertawa, diikuti kerumunan—kecuali Wonwoo dan Soonyoung—yang juga tertawa. “Wonwoo,” Soonyoung sudah menangis sekarang, “Ayo pulang.” “Ayo.” Persetan dengan Mingyu di depan sana, akal sehat Wonwoo sekarang menang. Ia harus tetap hidup. Ia harus keluar dari kumpulan orang-orang gila ini. Digenggamnya tangan Soonyoung, bersiap untuk menembus kerumunan dan kembali ke rumah, ketika orang-orang di sampingnya satu per satu memegangi bahu mereka, dengan cepat mengangkat Wonwoo dan Soonyoung ke udara, tidak mempedulikan teriakan keduanya. “TURUNKAN AKU!”