An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 33

Mingyu terkekeh. Kemudian menunjuk lemari di belakang Wonwoo. “Apa kalian berdua tidak pernah sadar? Ada yang menemani kalian di sana.” That’s why something feels strange. *** Ketika Wonwoo membuka pintu kamar tamu yang diperuntukkan untuknya dan Soonyoung kala itu, bukannya bau pewangi ruangan yang menyapa hidungnya, melainkan bau amis yang langsung tercium. Begitu tajamnya, sampai-sampai Wonwoo harus mundur beberapa langkah. Ia menoleh ke belakang, sambil menutup hidungnya ia bertanya kepada Soonyoung, “Kau menciumnya?” Yang ditanya mengangguk, tapi kemudian menepuk pundaknya. “Awas terdengar Mingyu, tidak sopan, tahu!” Mengingat status keduanya yang merupakan tamu. Apalagi, belum ada satu jam semenjak mereka menginjakkan kaki di rumah ini. “Tapi kan, memang bau.” Wonwoo membalas, kemudian melangkah masuk dan duduk di tempat tidur. Lumayan empuk. Setidaknya, ini sudah cukup nyaman untuk menjadi kasurnya selama beberapa hari ke depan. Ia menatap Soonyoung yang mulai menyisiri satu-satu sudut ruangan, lalu dilihatnya laki-laki itu berjengit saat membuka lemari. “Ini apa?” tanya Soon- young setelahnya sambil mengeluarkan satu kantong plastik dari sana, kelihatan sekali ada sesuatu di dalamnya. “Itu hanya plastik,” kata Wonwoo, teringat pesan ibu Mingyu beberapa saat lalu (jangan sentuh apa pun di kamarmu yang sudah ada di sana sebelum kau datang), dan berbicaralah ia, “Letakkan itu.” Soonyoung mengoceh saat mendengar kata-kata Wonwoo itu, tapi tetap menurutinya dan meletakkan plastik itu kembali ke tempatnya semula. Wonwoo masih memperhatikan Soon- young—bahkan saat sahabatnya itu menutup lemari, lalu dengan wajah kebingungan dibukanya kembali, ditutup, dan dibuka kembali sampai-sampai Wonwoo jengah melihatnya. “Soon—“ “Apa kau mendengarnya?” Soonyoung kembali membuka lemarinya, matanya bergerak tidak nyaman dari lemari ke Wonwoo. “Apa?” tanya Wonwoo, keningnya mengerut penasaran. “Ada suara di sana,” Soonyoung menutup pintu lemari itu terakhir kalinya, lalu buru-buru berlari ke arah Wonwoo. “Suara orang minta tolong.” *** Pasar Malam yang diceritakan Mingyu tadi, ketimbang disebut pasar, lebih terasa seperti pesta taman.