An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 31

“Tepatnya, makhluk jenis apa yang merasukinya?” tanya Wonwoo, kemudian sadar bahwa oh sial, sekelompok burung hitam di pohon besar sana, sekarang terlihat sedang memperhatikan mereka. Persetan apakah ia mengada-ada atau tidak, tapi burung-burung itu terlihat jelas menjulurkan kepalanya ke atas—pada balkon tempat Soonyoung dan Wonwoo berada. Mata mereka seperti mata anak kecil yang besar dengan keingintahuannya. Jelas sekali tidak nyaman bagi Wonwoo, selain karena ia benci perhatian, ia juga benci anak kecil. Wonwoo tidak menyadari, bahwa Soonyoung sekarang ikut mengalihkan perhatiannya ke satu titik yang diperhatikan sahabatnya itu. Maka berucaplah ia, kali ini kata-katanya juga menyadarkan Wonwoo. “Mereka seram.” “Siapa?” “Burung-burung itu,” Soonyoung menunjuknya, lalu lantas berteriak, “Aw!”. Ia bereaksi seperti seseorang barusan menggigit jarinya. Wonwoo memperhatikan itu semua, matanya ikut membulat kala ia menyaksikan darah mengucur dari telunjuk Soonyoung, merah pekat dan kental. Ia cepat-cepat mengeluarkan sapu tangannya, berkali-kali mencoba mendiamkan Soonyoung yang terus-menerus mengaduh, “Ah sial, sakit!” dan dengan lihai mengikat jari itu guna menghentikan pendarahannya. Warna kainnya cepat berubah, dari warna biru beledu, dan dalam kurang dari lima detik, berubah menjadi merah darah. Wonwoo mendon- gak, menemukan Soonyoung yang terlihat sekali menahan sakit, matanya berkaca-kaca dan bibirnya mengerucut. Lucu. “Kau menyedihkan.” Bersamaan dengan satu tetes air mata yang keluar, Soonyoung membalas kesal, “Sakit, tahu!” Wonwoo tertawa, begitu keras sampai-sampai perutnya sakit. “Payah,” katanya di sela-sela tawanya. Yang diejek semakin manyun, memukul bahu Wonwoo, “Sialan!” Ini bukan liburan musim panas yang menyenangkan. Tapi setidaknya, dari sekian banyak hal menyeramkan yang terjadi di sini, ada Soonyoung di sisi Wonwoo. *** Genap seminggu telah berlalu dari hari itu. Tidak ada keanehan-keanehan lagi yang dialami atau dilihat Wonwoo. Soonyoung? Well, kadangkala ada beberapa saat temannya itu mengo- ceh padanya. Sindrom paranoidnyalah yang menjadi penyebabnya. Misalnya, “Wonwoo, apa kau tidak takut melihat burung-burung di sana?”, “Wonwoo, kurasa Mingyu mulai dirasu- ki”, atau “Wonwoo, aku takut”. Kalau sudah begitu, maka Wonwoo hanya akan melengos, lalu menjawab, “Semakin kau begitu, semakin kau akan diikuti, loh!” Yang mana selanjutnya kalimat itu langsung diprotes Soonyoung, “Kau temanku bukan sih!”