An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 30

terjadi padanya membuat dirinya brutal sebagaimana yang biasa diperlihatkan film-film. Tapi tetap saja, cukup menakutkan bagi Wonwoo dan Soonyoung karena oke, bukannya jenis kesurupan yang ini lebih menakutkan? Mereka diam selama hampir semenit, ketika Mingyu memecah keheningan. Suaranya berge- tar saat mengatakan, “Tapi kurasa, memang ada yang menemaniku.” Bagai sulap, telinga Wonwoo tidak bisa mendengar lagi suara angin dan pohon-pohon yang menari di sekitarnya—fokusnya sekarang hanya pada Mingyu dan dilihatnya juga di sana, raut sepupunya itu sangat ketakutan. Butuh waktu lima detik baginya untuk mengumpulkan kekuatan untuk bertanya dengan nada yang sama tercekat, “Maksudmu?” Mingyu terdiam beberapa saat, matanya bergerak tidak nyaman seperti memastikan tidak ada yang mendengarnya selain mereka bertiga. “Aku merasa, aku tidak sendirian selama ini.” “Ada yang menemaniku, dan aku tidak tahu siapa itu.” *** “Menurutmu, itu apa?” Di sinilah Wonwoo dan Soonyoung berada, di balkon rumah Mingyu. Setelah pengakuan nan mengejutkan—dan juga menyeramkan—dari Mingyu, mereka bertiga memutuskan kembali. Dan sekarang, di balkon ini, Sooyoung sedari tadi terus-menerus merengek meminta pulang. Alasannya tidak jauh-jauh dari, “Aku takut.” Wonwoo terkekeh mendengar ini, terpaksa. Ayolah, siapa yang tidak takut jika dihadapkan dengan situasi ini. Tapi, Wonwoo adalah Wonwoo, si sahabat jahil Soonyoung (yang juga hanya jahil padanya). Jadi, ketimbang menyemangati sahabatnya itu supaya tidak ketakutan, Wonwoo menelungkupkan tangannya ke dahi Soonyoung, lalu menariknya sambil mengu- capkan, “Kau tidak panas, kok.” Jelas sekali itu ejekan. Mengenal Wonwoo selama tujuh tahun, dari akar-akarnya pun Soon- young tahu. Tapi kali ini, Soonyoung tidak punya waktu untuk membalas ejekan itu dengan umpatan. Ia mendekatkan dirinya pada Wonwoo, mendesis, “Aku serius.” “Lalu siapa?” Wonwoo bertanya, menambahkan lagi saat ia melihat Soonyoung yang kebin- gungan, “Siapa yang mengikutinya?” Soonyoung mendesah kecewa, “Mana aku tahu,” balasnya kemudian. Kalau ia tahu, ia tidak akan repot-repot membujuk Wonwoo. Lebih baik langsung saja ia pulang ke rumahnya dan menghabiskan sisa musim panasnya dengan berleha-leha (plus, harus rela mendengar perin- tah-perintah ibunya). “Tapi aku yakin itu setan—makhluk astral.”