An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 25

Mata Soonyoung bergerak ke kanan kirinya, seolah-olah memastikan tidak ada yang menguping obrolan mereka ini. Lalu ia menjawab dengan bisikan, “Makhluk halus.” “Begitu halus,” kata Soonyoung dengan amat sangat pelan, air wajahnya amat sangat pucat, “Sampai-sampai kau hanya merasakan kehadirannya.” “Jadi,” Wonwoo memijat pelipisnya, mencoba mengubur kekecewaannya karena ia pikir Soonyoung melihat sesuatu yang bisa menghapus kecurigaannya. “Kau tidak melihatnya.” Soonyoung mengangguk cepat, menambahkan, “Tapi saat ada setan, kau tahu kan bagaimana auranya?” Keduanya diam. Wonwoo jelas tahu hal ini. Walau ia juga tidak bisa melihat, dalam artian yang lebih, mau tak mau ia juga bisa merasakan aura yang berbeda sewaktu-waktu. Aura yang membuatmu merasa oh, aku tidak sendiri tapi lebih mencekam. Jantung Wonwoo berdegup semakin kencang, dan tiba-tiba sekejap saja, dari balik kacamatanya ia melihat sepasang mata merah mengintip mereka dari lubang pintu. Merah darah, dengan tatapan yang menyerupai serigala kelaparan. “Aku tahu di sini ada yang salah,” Soonyoung menggigit jari-jarinya, dan berbalik ke arah pintu. Sebelum ia keluar, berbicaralah ia, “Aku akan bertanya pada Mingyu soal ini.” “Oke,” ucap Wonwoo pendek, dan selanjutnya ia tiba-tiba merasakan ketakutan luar biasa—bersamaan dengan jeritan kaget dan umpatan yang keluar dari mulut Soonyoung setelah membuka pintu. Di sana, berdirilah oknum yang dicari. Kim Mingyu, sedang tersenyum ke arah mereka dengan matanya yang mendadak begitu hitam, tangannya memegang piring kosong. “Halo,” suara Mingyu berubah menjadi serak, dan kemudian ia bertanya dengan senyuman paling menyeramkan yang pernah Wonwoo lihat. “Apa kalian tidak lapar?” *** “Kurasa, Mingyu berkepribadian ganda.” Ini diucapkan Soonyoung keras-keras setelah ia menyeret Wonwoo keluar dari insiden tadi, beralasan oh maaf Mingyu, kami akan pergi jalan-jalan! Dan di sinilah mereka sekarang. Di lapangan yang berada tidak jauh dari rumah Mingyu. Rimbunan pohon lebat mengelilingi lapangan itu, sampai-sampai tidak ada sinyal yang masuk ke ponsel Wonwoo (untungnya, laki-laki itu menyimpan benda kecil itu di sakunya). Saat itu siang hari pukul 11, tapi entah