An Ode: Shadow - A Seventeen Anthology | Page 22

at the end of summer. Awasi sekelilingmu. Intip bawah kasurmu. Tengok atas lemarimu. —siapa tahu, kamu tidak tidur sendiri. Ada yang aneh dengan Mingyu. Pikiran pendek itu muncul di benak Wonwoo saat ia melihat adik sepupunya itu keluar kamar, dengan bibirnya yang terkatup rapat, kantung matanya yang hitam, dan raut wajahnya yang pucat seperti uhm, tidak bisa tidur? Atau ketakutan, mungkin? Yang jelas sekali, sangat amat tidak enak untuk dipandang di pagi hari yang cerah ini. Setidaknya, ini yang terlintas di benak Wonwoo. “Selamat pagi, Mingyu!” Soonyoung, sahabat karib Wonwoo yang ikut dalam liburan musim panas keluarganya itu, menyapa Mingyu dengan ramah. Digesernya kursi di sebelahnya, menepuk sofanya sembari berkata, “Ayo duduk di sebelahku!” Dengan lambat, begitu lambatnya sampai-sampai Wonwoo merasa setiap detiknya bertambah lebih dari 60 detik, Mingyu sepupunya itu menuruti perkataan Soonyoung. Laki-laki itu menelan ludahnya sembari mengucapkan terima kasih dengan canggung, tapi ah, Soonyoung pasti tidak akan menyadarinya. Soonyoung terlalu abai dengan sekitarnya—berbanding terbalik dengan Wonwoo yang sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari sepupunya itu. Mencoba membangun semua kemungkinan yang bisa ia hubungkan dengan gelagat aneh Mingyu. Kemungkinan pertama, mungkin dia tidak bisa tidur. Wonwoo menghela napasnya dengan singkat, lantas bertanya sembari tangannya menyodorkan sebuah piring pada Mingyu, “Apa tidurmu nyenyak?” Anehnya, yang selanjutnya dilihat Wonwoo adalah bagaimana air wajah Mingyu berubah secara cepat, pucat seperti orang ketahuan mencuri. Jari-jarinya mulai bergerak tidak nyaman—salah satu bentuk kegelisahan, jangan lupakan senyuman canggung yang terpatri di