Akar Media Indonesia Sri Lange | Page 5

Ia menjadi simbol suatu hubungan yang erat saling berkaitan antara peran imajinasi seorang Dewi dengan para petani, yang menciptakan suatu keyakinan dan berkembang pada masyarakat agraris akan kemurahan hati yang diberikan oleh Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran. Berdasarkan YADNYA yang menjadi tolak ukur bagi kewajiban para petani bekerja, dalam menunjukkan kesungguhan pengabdian mereka kehadapan Sang Pengatur diwujudkan melalui pemujaan terhadap Dewi Sri dalam fungsi membentuk terciptanya proses kemakmuran di muka bumi ini. Segala konsekwensi dan perubahannya adalah bagian dari proses yang terjadi untuk menguji bagaimana keteguhan hati dan tekad para petani dalam menghadapinya. Dan nilai ini sampai sekarang masih tetap diterapkan melalui pelaksanaan upacara-upacara berupa sesajen sepanjang rentang waktu proses itu berlangsung, sebagai ucapan puji syukur kepada Dewi Sri selaku Dewi kemurahan dan kemakmuran. Untuk mendapatkan kemakmuran dan mempertahankan selalu ada konsekuensinya, seperti usaha untuk mengatasi secara sadar segala hambatan yang mungkin akan terjadi seperti hama dan penyakit. Interpretasi saat ini hambatan tersebut bisa berupa polusi alam, buruknya kualitas air, kimia, sempitnya lahan pertanian, sifat2 buruk manusia. Berkesenian diperuntukkan sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada dewi Sri yang memberikan kemakmuran.