Agro Farm edisi 38 | Page 72

PERTANIAN Foto: Istimewa Pemerintah Kembali Impor Kedelai 584 Ton I zin impor ini diharapkan harga bisa turun secara bertahap. Dengan begitu, upaya pemerintah membantu stabilitas harga kedelai di dalam negeri bisa tercapai. “Kami akan berkomunikasi dengan koperasi dan kelompok perajin tahu dan tempe, sambil meyakinkan mereka tidak perlu khawatir pasokan kedelai karena sampai akhir tahun ini, pasokan dipenuhi dari dikeluarkannya izin impor kedelai,” ungkap Gita pada Agrofarm. Gita memaparkan, saat ini sudah ada 20 pengusaha yang mengajukan importir terdafar (IT) kedelai termasuk Bulog. Untuk itu, pemerintah akan menyikapi pemberian izinnya secara bijaksana. Ia menyatakan, nilai konsumsi kedelai pada 2012 sekitar 2,5 juta ton. Hingga akhir Juli 2013, jumlahnya mencapai 1,9 juta ton. Diperkirakan hingga akhir tahun, dibutuhkan impor kedelai antara 500 ribu-600 ribu ton. Pemerintah sebelumnya telah menerbitkan Perpres No. 32 tahun 2013 tentang penugasan kepada Perum Bulog untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai. Dengan begitu, katanya, diharapkan minat dan semangat menanam kedelai lokal semakin tinggi. “Kami memperoleh laporan dari Kementerian Pertanian, aktivitas peningkatan produksi kedelai sudah mulai meningkat di beberapa daerah 7272 di Indonesia. Kendati demikian masih diperlukan waktu menunggu sampai kedelai tersebut siap dipanen, sehingga pemerintah memutuskan melakukan impor kedelai, atau mendatangkan kedelai tersebut dari tempat lain.” Pemerintah juga menyatakan, kena­ ikan harga kedelai yang mencapai sekitar Rp 9.200 per kg dari yang seharusnya di kisaran Rp 7.000 per kg, terutama dise­ babkan oleh faktor suplai dan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Itu sebabnya, saat ditanya berapa target harga yang dipasang pemerintah dapat dicapai, apabila pasok dipenuhi di dalam negeri, pemerintah beranggapan, apabila ke depannya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS relatif stabil, akan membantu menjaga stabilitas harga kedelai. Karena pasokan dipastikan cukup oleh pemerintah, sehingga nanti yang masih menjadi masalah, terutama adalah stabilitas harganya saja, jelas Gita. Terkait kenaikan harga kedelai yang terjadi jelang beberapa bulan ini, menurut Gita, lebih dominan disebabkan anomali cuaca yang terjadi di AS sebagai salah satu negara produsen kedelai. Artinya dengan basis pemikiran terjadinya anomali cuaca, maka naiknya harga kedelai tidak disebabkan oleh terjadinya kartel harga. Dirinya meyakinkan, bahwa naiknya harga kedelai tahun yang lalu dan juga terjadi Harga kedelai tinggi. Pemerintah kembali mengeluarkan izin importasi 584 ton bahan baku tahu dan tempe itu sampai akhir tahun. Sebanyak 20 pengusaha yang mengajukan importir terdaftar (IT) kedelai termasuk Bulog akan mendapat jatah. pada paruh terakhir tahun ini, disebabkan karena semata-mata faktor nilai kurs dollar AS terhadap rupiah yang sempat bergejolak. Selain juga karena pasokan dari AS yang terbatas saat itu, sementara demand di luar AS cukup tinggi. Namun, para pengusaha yang selama ini memasok kedelai, masih memiliki stok untuk beberapa bulan ke depan. “Apalagi yang mengajukan izin impor untuk saat ini sekitar 20 perusahaan, sementara kalau disebut kartel, biasanya yang menguasai komoditi tersebut hanya terdiri atas 3 atau 4 perusahaan.” Ia menambahkan, kebijakan peme­ rintah di bidang ekonomi yang bertujuan mengurangi hambatan ekspor, salah satu­ nya adalah mengubah paradigma yang selama ini ekspornya dilakukan dengan sis­ em kuota (pembatasan) menjadi t acuan harga. Menurut Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Bachrul Chairi, Kementerian Perdagangan mengubah pola penetapan kuota yang selama ini diterapkan untuk impor daging sapi dan sapi bakalan serta produk hortikultura, menjadi acuan harga. Diharapkan sejalan dengan Kementerian Pertanian, dalam beberapa wak­ u ke depan, Kemendag akan menen­ t tukan pada harga berapa impor produk atau komoditi tersebut, diperlukan untuk mengisi stok di dalam negeri. “Jadi kalau harga komoditi tersebut di dalam negeri tidak turun, pemerintah akan melakukan intervensi pasokan untuk menekan harganya agar bisa turun. Acuan atau referensi harga tersebut, sudah pasti memperhitungkan kepentingan petani, konsumen, dan daya beli masyarakat. Di dalamnya sudah ada angka yang mengakomodir kepentingan semua pihak. Itu sebabnya diharapkan acuan tersebut dapat diberlakukan sebagai acuan tahun 2014.” dy AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013 GeoEnergi l Tahun I l Edisi 06 l Desember 2010