Agro Farm edisi 38 | Página 71

PERTANIAN Kedelai Naik, 50 Ribu Pengrajin Mogok Harga kedelai kembali naik. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu 50.000 pengrajin tahu tempe se-Jabodetabek dan Jaw Barat akan turun a ke jalan. Berdemo untuk melakukan mogok massal. Foto: Istimewa U rusan kedelai tak pernah usai. Walau sejumlah peraturan dan kebijakan dibuat ,namun tetap seperti macan ompong, lemah. Naiknya dollar kali ini berimbas pada harga kedelai. Komoditas tahu tempe kembali terkerek naik. Lagi-lagi importir yang meraup keuntungan besar. Pemerintah dinilai tak bisa mengendalikan harga kedelai yang kembali naik. Perajin tahu dan tempe kembali akan mengancam pemerintah dengan melakukan demo besarbesaran jika harga kedelai tidak stabil. Sebelumnya aksi mogok sudah dilakukan oleh perajin, tetapi pemerintah belum mampu menekan harga kedelai di pasaran. “Aksi mogok yang lalu nggak berimbas sama sekali. Tim Pengkajian Peran Perum Bulog dalam Stabilitasi Harga Pangan yang dibentuk presiden juga tidak memberikan perubahan apapun mengenai harga kedelai,” kata Suharto, Ketua Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) kepada Agrofarm di sentra perajin tahu tempe, di Kalideres. Suharto mengatakan, tim yang dibentuk president tersebut diketuai oleh Wakil Menteri Perdagangan sesuai SK Menko Perekonomian N0. 57/2012. Tim ini merupakan gabungan kementerian yang dibantu oleh tenaga ahli. Sayangnya, pembentukan tim ini tidak berimbas pada penurunan harga kedelai. Suharto menambahkan, sebenarnya tim pengkajian ini sudah pernah melakukan diskusi. Dari diskusi dan surveynya tersebut, diperkirakan pada bulan September harga kedelai akan mencapai nilai Rp 9.000 rupiah per kilogram dan pemerintah akan memberikan subsidi untuk para perajin. Sayangnya sampai saat ini, Surat Keputusan (SK) subsidi belum juga turun. Suharto mengungkapkan, hasil kajian tim tersebut meleset. Sampai saat ini harga kedelai termurah masih Rp 7.300 dan harga kedelai kualitas baik Rp 7.900. Nilai ini masih di atas harga yang diinginkan perajin, yaitu Rp 5.500 per kilogram. Menurutnya, harga Rp 5.500 merupakan harga yang paling tepat bagi para perajin.  “Kalau harga masih tak stabil, kami akan turunkan 50.000 perajin tahu tempe se-Jabodetabek dan Jawa Barat. Aksi tersebut akan dilakukan di depan Istana Negara dan DPR pada pertengahan Oktober nanti,” katanya. Suharto menambahkan, tuntutan yang akan disampaikan berisi tentang tata niaga kedelai sebaiknya diatur pemerintah oleh Badan urusan Logistik (Bulog), kuota impor kedelai yang dibatasi, dan menentukan stabilitas harga kedelai. Menurutnya, jika harga kedelai ditentukan oleh pemerintah, perajin tahu tempe bisa diberitahukan beberapa hari sebelumnya kalau ada kemungkinan kedelai melonjak. Tetapi saat ini harga kedelai langsung ditentukan oleh pasar sehingga harganya tidak stabil. “Harga kedelai ini sehari saja bisa naik dua kali,” ungkapnya. Suharto menambahkan, aksi akan dilakukan pertengahan bulan Oktober mendatang. Perajin tahu dan tempe AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013 akan mendatangi istana merdeka untuk melakukan aksi mogok produksi nasional agar pemerintah mendengar aspirasi mereka. Kedelai Impor Tak Bergizi Ketua Pengawas Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Suharto mengungkapkan, kedelai impor tidak memiliki nilai gizi. “Kalau yang kita pakai sekarang ini, kedelainya sebenarnya untuk pakan, bukan pangan. Jadi memang, kedelai yang enggak ada gizinya,” ungkapnya. Karena itu, lanjut Suharto, banyak perajin tahu menginginkan kedelai lokal, lantaran lebih bergizi. Selain itu, kedelai lokal juga lebih bagus untuk produksi khususnya tahu. “Karena pembuatan tahu itu prosesnya butuh acinya atau susunya dari kedelai, sehingga butuh kedelai yang tua,” jelasnya. Suharto mengatakan, dari 2,5 juta ton kebutuhan nasional tiap tahunnya, hasil panen kedelai lokal tiap tahun berdasarkan data Kementerian Pertanian pada 2012, hanya sebesar 835 ribu ton. Itu pun, ungkapnya, sebagian besar hasil digunakan kembali untuk mengembangkan kedelai. “Kalau pun ada yang dijual, itu jumlahnya enggak seberapa,” tandasnya. Dian Yuniarni 71