Sa
wit
Pasar CPO Stagnan
Foto: Istimewa
Pasar minyak sawit mentah (CPO) diprediksi jalan di
tempat hingga akhir tahun 2013. Pada sisi pasokan,
CPO Indonesia dan Malaysia akan meningkat mulai
dari September sampai Desember. Harga CPO pun
melandai di kisaran USD 800 per metrik ton.
D
irektur Eksekutif Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (GAPKI) Fadhil
Hasan mengungkapkan,
biasanya menghadapi
hari raya Idul Fitri permintaan CPO
meningkat. Namun kini turun sejalan
dengan penurunan permintaan di pasar
global. Dua bulan sebelum hari raya Idul
Fitri volume ekspor CPO dan turunannya
asal Indonesia terus melorot sebesar
11% di bulan Juni dibandingkan bulan
sebelumnya.
“Pada bulan Juli kembali turun
1,64% dibandingkan bulan Juni 2013.
Walaupun dibandingkan dengan Juli 2012
mengalami kenaikan 5,66% dari 1,507 juta
ton pada Juli 2012 menjadi 1,593 juta ton
pada Juli 2013,” kata Fadhil.
Fadhil menuturkan, volume ekspor
CPO dan turunannya asal Indonesia
mengalami penurunan sebesar 1,64%
dibandingkan dengan bulan lalu yaitu
dari 1,62 juta ton menjadi 1,59 juta
ton. Turunnya volume ekspor CPO dan
turunannya pada bulan Juli disebabkan
melorotnya permintaan dari India,
China dan beberapa negara lainnya.
“India mengurangi pasokan CPO dan
turunannya karena inflasi yang terjadi di
negara tersebut dan ada isu pemerintah
India akan menaikkan pajak impor untuk
refined vegetable oils,” tandasnya.
GAPKI mencatat, Juli 2013 ekspor CPO
56
56
dan turunannya ke India tercatat turun
14,3% dibandingkan dengan bulan lalu
atau dari 404,52 ribu ton menjadi 346,51
ribu ton. Penurunan permintaan juga
diikuti oleh China. Volume ekspor ke China
tercatat turun sebesar 7,75% dari 170,57
ribu ton menjadi 157,34 ribu ton.
Penurunan permintaan dari China
disebabkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi dan banyaknya stok kedelai
yang dimiliki China. Selain itu, katanya,
keputusan pemerintah China untuk
menghapuskan pelarangan impor kedelai
dari Brazil turut andil dalam pelemahan
permintaan akan CPO.
Sementara itu, permintaan CPO
di negara Pakistan dan Bangladesh
meningkat cukup signifikan, tetapi tidak
memberikan dampak kenaikan harga
karena dari segi volume permintaan
negara ini tidak besar jika dibandingkan
dengan India dan China.
Pada Juli ini volume ekspor CPO ke
Pakistan naik 108,6% dari 44.25 ribu
ton menjadi 92.30 ribu ton. Sedangkan
ekspor ke Bangladesh melonjak 20,64%
dari 64.20 ribu ton menjadi 77.45 ribu ton
pada Juli 2013. “Kenaikan permintaan dari
dua negara ini karena pengaruh hari raya
Idul Fitri yang biasanya konsumsi akan
pangan lebih meningkat daripada bulanbulan biasa,” ujar Fadhil.
Dia menambahkan, penguatan mata
uang Amerika Serikat (AS) terhadap mata
uang negara Asia masih menjadi salah satu
faktor yang meningkatkan permintaan dari
negeri Paman Sam. Pada Juli ini tercatat
naik 36,5% dibanding bulan lalu atau dari
43,85 ribu ton menjadi 59,87 ribu ton.
Sementara volume ekspor ke negara
Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar
7,87% dibanding bulan lalu atau dari
343,27 ribu ton menjadi 370,29 ribu ton.
Kondisi ini diperparah lagi dengan
harga CPO yang cenderung stagnan.
Harga CPO di pasar dunia jelang hari raya
juga tidak menunjukkan hal yang berarti
dan masih relatif stagnan. Harga CPO
pada Juli hingga pertengahan Agustus
2013 berkisar di antara USD 810 - USD
855 per metrik ton. “Harga ini mengalami
penurunan yang cukup siginifikan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya di
kisaran USD 835 - USD 875 per metrik ton,”
ungkapnya.
Fadhil menyebutkan, harga CPO
awalnya naik di minggu kedua Juli di
kisaran USD 835-USD 855 per metrik
ton. Namun kenaikan ini tidak bertahan
lama. Pada minggu ketiga dan keempat
harga kembali jatuh di kisaran USD 810
- USD.835 per metrik ton. Sementara itu
dari sisi produksi mengalami perlambatan
pertumbuhan. “Beberapa perusahaan
melaporkan penurunan produksi antara
10-15%. Jadi diperkirakan secara total
produksi CPO tahun ini akan melambat
pertumbuhannya,” ujarnya.
Menurutnya, pasar CPO diprediksi
relatif stagnan sepanjang Agustus dan
September 2013. Pada sisi pasokan, stok
CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan
akan meningkat mulai dari September
sampai Desember. Harga CPO diperkirakan
tidak akan menunjukkan trend kenaikan
yang berarti seiring meningkatnya stok
CPO Indonesia dan Malaysia. Hal ini
akan diperburuk dengan perkiraan bakal
meningkatnya hasil panen kedelai di Brazil,
Argentina dan Amerika Serikat dengan
dukungan cuaca yang baik di negara
tersebut.
Selain itu, katanya, aturan biodiesel
anti dumping duties yang diberlakukan
Uni Eropa terhadap Argentina juga akan
menjadi faktor harga kedelai menjadi
murah. Harga kedelai yang murah otomatis
akan mempengaruhi harga CPO yang
selama ini hanya menjadi substitusi kedelai
bagi negara Uni Eropa dan Amerika.
Fadhil memprediksi harga CPO pada
Agustus masih akan bergerak di ??????)?????UM?????????????????????!???)
A