Agro Farm edisi 38 | Page 56

Sa wit Pasar CPO Stagnan Foto: Istimewa Pasar minyak sawit mentah (CPO) diprediksi jalan di tempat hingga akhir tahun 2013. Pada sisi pasokan, CPO Indonesia dan Malaysia akan meningkat mulai dari September sampai Desember. Harga CPO pun melandai di kisaran USD 800 per metrik ton. D irektur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengungkapkan, biasanya menghadapi hari raya Idul Fitri permintaan CPO meningkat. Namun kini turun sejalan dengan penurunan permintaan di pasar global. Dua bulan sebelum hari raya Idul Fitri volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia terus melorot sebesar 11% di bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya. “Pada bulan Juli kembali turun 1,64% dibandingkan bulan Juni 2013. Walaupun dibandingkan dengan Juli 2012 mengalami kenaikan 5,66% dari 1,507 juta ton pada Juli 2012 menjadi 1,593 juta ton pada Juli 2013,” kata Fadhil. Fadhil menuturkan, volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,64% dibandingkan dengan bulan lalu yaitu dari 1,62 juta ton menjadi 1,59 juta ton. Turunnya volume ekspor CPO dan turunannya pada bulan Juli disebabkan melorotnya permintaan dari India, China dan beberapa negara lainnya. “India mengurangi pasokan CPO dan turunannya karena inflasi yang terjadi di negara tersebut dan ada isu pemerintah India akan menaikkan pajak impor untuk refined vegetable oils,” tandasnya. GAPKI mencatat, Juli 2013 ekspor CPO 56 56 dan turunannya ke India tercatat turun 14,3% dibandingkan dengan bulan lalu atau dari 404,52 ribu ton menjadi 346,51 ribu ton. Penurunan permintaan juga diikuti oleh China. Volume ekspor ke China tercatat turun sebesar 7,75% dari 170,57 ribu ton menjadi 157,34 ribu ton. Penurunan permintaan dari China disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan banyaknya stok kedelai yang dimiliki China. Selain itu, katanya, keputusan pemerintah China untuk menghapuskan pelarangan impor kedelai dari Brazil turut andil dalam pelemahan permintaan akan CPO. Sementara itu, permintaan CPO di negara Pakistan dan Bangladesh meningkat cukup signifikan, tetapi tidak memberikan dampak kenaikan harga karena dari segi volume permintaan negara ini tidak besar jika dibandingkan dengan India dan China. Pada Juli ini volume ekspor CPO ke Pakistan naik 108,6% dari 44.25 ribu ton menjadi 92.30 ribu ton. Sedangkan ekspor ke Bangladesh melonjak 20,64% dari 64.20 ribu ton menjadi 77.45 ribu ton pada Juli 2013. “Kenaikan permintaan dari dua negara ini karena pengaruh hari raya Idul Fitri yang biasanya konsumsi akan pangan lebih meningkat daripada bulanbulan biasa,” ujar Fadhil. Dia menambahkan, penguatan mata uang Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang negara Asia masih menjadi salah satu faktor yang meningkatkan permintaan dari negeri Paman Sam. Pada Juli ini tercatat naik 36,5% dibanding bulan lalu atau dari 43,85 ribu ton menjadi 59,87 ribu ton. Sementara volume ekspor ke negara Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar 7,87% dibanding bulan lalu atau dari 343,27 ribu ton menjadi 370,29 ribu ton. Kondisi ini diperparah lagi dengan harga CPO yang cenderung stagnan. Harga CPO di pasar dunia jelang hari raya juga tidak menunjukkan hal yang berarti dan masih relatif stagnan. Harga CPO pada Juli hingga pertengahan Agustus 2013 berkisar di antara USD 810 - USD 855 per metrik ton. “Harga ini mengalami penurunan yang cukup siginifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya di kisaran USD 835 - USD 875 per metrik ton,” ungkapnya. Fadhil menyebutkan, harga CPO awalnya naik di minggu kedua Juli di kisaran USD 835-USD 855 per metrik ton. Namun kenaikan ini tidak bertahan lama. Pada minggu ketiga dan keempat harga kembali jatuh di kisaran USD 810 - USD.835 per metrik ton. Sementara itu dari sisi produksi mengalami perlambatan pertumbuhan. “Beberapa perusahaan melaporkan penurunan produksi antara 10-15%. Jadi diperkirakan secara total produksi CPO tahun ini akan melambat pertumbuhannya,” ujarnya. Menurutnya, pasar CPO diprediksi relatif stagnan sepanjang Agustus dan September 2013. Pada sisi pasokan, stok CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan meningkat mulai dari September sampai Desember. Harga CPO diperkirakan tidak akan menunjukkan trend kenaikan yang berarti seiring meningkatnya stok CPO Indonesia dan Malaysia. Hal ini akan diperburuk dengan perkiraan bakal meningkatnya hasil panen kedelai di Brazil, Argentina dan Amerika Serikat dengan dukungan cuaca yang baik di negara tersebut. Selain itu, katanya, aturan biodiesel anti dumping duties yang diberlakukan Uni Eropa terhadap Argentina juga akan menjadi faktor harga kedelai menjadi murah. Harga kedelai yang murah otomatis akan mempengaruhi harga CPO yang selama ini hanya menjadi substitusi kedelai bagi negara Uni Eropa dan Amerika. Fadhil memprediksi harga CPO pada Agustus masih akan bergerak di ??????)?????UM?????????????????????!???) A