Foto: Bimo
Iskandar Sulaeman
Iskandar Sulaeman bersama Dahlan Iskan
program agar ada nilai tambah bagi
perusahaan. Keunggulan program ini
adalah zero waste untuk melestarikan
ekosistem. Limbah sawit dapat diolah
menjadi pakan ternak sapi, kemudian
kotorannya dibuat pupuk.
“Kalau ini berhasil, pasti semua
pengusaha sawit akan melakukan ini.
Imbasnya Indonesia dapat swasembada
daging sapi,” tandasnya ketika ditemui
di sela acara Expo Nasional Inovasi
Perkebunan (ENIP).
Iskandar menambahkan, potensi
yang dapat dihasilkan jika program ini
berjalan, peternakan sapi sebanyak
18 juta ekor. Idealnya satu hektar
kebun sawit dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pakan 2 ekor
sapi. Kalau lahan sawit yang ada
saat ini sebanyak 9 juta hektar, maka
potensinya ada 18 juta ekor sapi yang
dapat diternakkan dengan cara ini.
Iskandar mengatakan, ini dapat
menghemat biaya untuk pakan ternak
sapi , karena berasal dari limbah sawit.
Harga pakan ternak biasa mencapai Rp
3.000 per kilogram, sedangkan pakan
dari limbah sawit senilai Rp 1.200 per
kilogram.
Dalam beternak sapi tidak dilepas
di kebun sawit, namun dikumpulkan
dalam satu tempat. Kemudian pelepah
sawit dihaluskan dan dicampur dengan
inti sawit. Barulah diberi makan ke
sapi. “Saat ini perusahaan mempunyai
2.000 ekor sapi. Satu hektar bisa untuk
dua sapi, namun sekarang dicoba satu
hektar satu sapi,” ujarnya.
Persoalan sekarang, katanya,
bibit sapinya belum memadai untuk
tambahan program integrasi sawit
dengan sapi. Di Indonesia masalahnya
bukan pada pakan ternak, tapi bibit
sapinya yang kurang. Program ini
dilakukan di Desa Muhajirin, Kabupaten
Muarojambi, Jambi, seluas 2.000 hektar
dengan jumlah sapi 2.000 ekor.
“Perusahaan siap menampung bibit
sapi bila pihak pemerintah menyiapkan
dari lokal maupun impor. PTPN VI
sanggup menambah sapi di kebun sawit
sekitar 2.000 sampai 5.000 ekor sapi
lagi,” ujar Iskandar
Dia menambahkan, perusahaan
tahun ini ada rencana menambah
dua pabrik kelapa sawit (PKS) masingmasing kapasitas produksinya 30 tandan
buah segar (TBS) per jam. Lokasinya di
kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan
Tanjung Jabung Timur, Jambi. Investasi
satu PKS mencapai Rp 70-80 miliar.
Rencananya tahun depan baru bisa
beroperasi.
Iskandar memaparkan, produksi
minyak sawit mentah (CPO) perusahaan
sekitar 20.000 sampai 25.000 ton per
bulan. Dimana 70% kebun sawit dikelola
oleh petani plasma dan sisanya 30%
milik perusahaan. Sekarang perusahaan
mempunyai tujuh PKS di daerah Jambi
dan Sumatera Barat. Sementara itu
produktivitas kebun sawit PTPN VI
lumayan tinggi, sudah mencapai 22 ton
TBS per ha.
Iskandar mengakui, perusahaan
belum berencana terjun ke produk hilir
sawit lantaran pertimbangan masalah
pelabuhan, infrastruktur jalan dan
pasar. “Namun pemasaran produk
turunan ini masih juga sulit. Makanya
AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013
kemampuan menguasai teknologi harus
dibarengi dengan strategi pemasaran
yang baik juga,” tukasnya.
Untuk target perluasan areal kebun
sawit, katanya, selama lima ta [??Y[??\ZH
??K??Z?\?[??ZZ?XB??Y[??Y[??\?H??\?H?X?[??]?]??\?K??[]\[?[???H?X][?H?\?B?Y[\\??Z?K???[Z[?]KY[?\?]?XK\?\?ZX[??\?\?Y[??[X?[???[??X?[??Z?\?[?H[??[?[??X[[?Z?\?\?ZX[??Z?\?[??][ZH[?[???\?\?ZX[?[ZY[???[?Z?[?[?\??B?\??\?Z?[?[[H???\???Z??K?[?B?Y\?\Z?[??]H\????[?[?[???\?[?H?Z?HX\?ZY[???[?Z?[???B?\?\?ZX[??\?HY\?Y?K???'?X?[[[?XHY[???[?Z?[??[??]???][Z?\?[ZY[???[?Z?[?Z[?ZY??\?\?ZX[?Y[??YH[?[??Z[B?\?H\?ZHZ?Y?HY[??\ZH????Z[X\??Z?\?[???YZY\?]\X?B??X?\?\??
HZ[X\?8?'HZ?\??XK??Y[?\?]?XK[?Z?\??X?[?[??Z?[[H?\?[??[?HZ?[??HZ[???\?[?H\?\?ZX[?X?ZY[Y[?[???[??Y[Z?Z?[?[?[??Y?Z?\?H[?\?[XZ?X[??[?[X[?
?\[?[??HZ?X\?\?X[??X?[?Z?Z?]\??LH[???\?[?XB?H?^]H\???[X?K???'???[H?\[?[??[Z?Z?[???X?\?H?\?Z\?Z[?[?H\\??\?Z?[??YH?KZ?X[??XHY?\????Z?]?]\?[?[X[?ZY[?[???]????Z?]?]\?[?[X[?Z\?\?ZX[???YZY[??\ZH??\?H[??\??]?XH\]Y[?[???]Y[??YH?
B??\?K8?'H[???\?XK???[YY??[????MB??