Agro Farm edisi 38 | Page 5

e contents 36 Sixty Meeting Point & Cafe Santap Di Hutan Kayu 73 Pertanian Sutarto Alimoeso, Dirut Bulog Impor Daging Untuk Membantu Rakyat Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso meminta du­ kungan semua pihak, terutama pemerintah, untuk menstabilkan harga daging sapi. 75 kspresi INSPIRASI Perkebunan RI Impor Cengkeh 40 Ribu Ton Cengkeh yang pernah memakmurkman rakyat negeri ini sekarang ambruk. Impor cengkeh terus meningkat dari tahun ke tahun. Alasannya klasik, soal lahan. I Rakyat Dipaksa Tidak Beradab ndonesia mirip negeri dongeng. Negaranya subur tetapi rakyatnya tidak makmur. Tanahnya luas, tetapi tidak kunjung mandiri bercocok-tanam. Banyak kementerian dibentuk, tetapi tidak mampu mengatasi apa-apa. Segala kebutuhan dibeli dari luar. Impor. Sudah akut seperti itu, tidak ada yang merasa malu dan bersalah. Apalagi sampai mundur menyerahkan jabatannya. Dari hari ke hari masalah terus terjadi di negeri ini. Negara seperti tak tahu bagaimana memerintah. Tidak tahu bagaimana mengelola negara. Tidak tahu memfungsikan kementerian yang ada. Hanya alasan demi alasan yang disorongkan tatkala rakyat berteriak. Pura-pura tuli dan pura-pura buta sebagai antisipasi, dan gonjang-ganjing pun tak terperi. Padahal kalau kita menoleh ke belakang, lihat paparan beberapa menteri saat baru menjabat. Lihat pula bagaimana presiden memberi ancaman kalau menteri tidak bekerja baik. Semuanya dengan rinci dan meyakinkan memberi garansi, bahwa segala kebutuhan negeri ini tak bakalan kesulitan di hari depan. Beras bakal swasembada, jagung surplus, gula tak perlu impor, juga ‘yang kecil-kecil’ lainnya. Tapi apa yang terjadi kemudian? Beras impor, gula impor, tepung, sayur, buah, sampai benihnya juga impor. Kedelai, bawang , garam impor. Dan daging kebingungan cari negara yang menjual sapinya ke Indonesia. Saking banyaknya kebutuhan kita yang dipasok dari impor, sampai-sampai kita kesulitan untuk melihat, sebenarnya barang apakah yang kita pakai dan kita konsumsi itu yang produk dalam negeri? Barang dan produk apa yang dihasilkan bangsa ini dan dipakai sendiri? Melihat karut-marut itu hampir seluruh kementerian yang ada hanya bersilat lidah. Berbagai alasan dipakai untuk justifikasi. Antar kementerian saling menyalahkan. Dan presiden? Tidak memecat atau memberi sanksi seperti ancamannya tempo dulu saat melantik, tetapi sekadar mendamaikan antar menteri. An sich ! Ada kesan pemimpin yang mengendalikan negara ini memang menghendaki kondisi chaostis ini. Itu agar rakyat tidak kunjung cerdas. Rakyat tidak berpikir rasional dan analitis. Rakyat dipacu untuk terus berpikir bagaimana perut terisi, pekerjaan tertangkap, dan uang datang. Tidak perduli itu hasil dari money politic yang diharamkan. Negeri ini telah berubah menjadi panggung sandiwara. Rakyat diarahkan agar tetap bodoh. Dipaksa untuk tidak beradab. Berada pada peradaban paling rendah, hanya berpikir tentang seks dan perut. Itu terlihat dari fenomena tipu-tipu, korupsi, dan semakin tingginya kasus asusila terjadi di negeri ini. Sisi lain, penguasa yang memerintah bilang segalanya baik-baik saja. Djoko Su’ud Sukahar AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013 5