Foto: Bimo
Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI
EU-RED yang tidak lagi mengatur 35
persen, namun ditingkatkan menjadi 60
persen minimum pengurangan emisi.
Aturan ini masih digodok di parlemen
Uni Eropa.” Jadi mereka tiak mau lagi
mengimpor biodiesel dari Indonesia,
Malaysia, Brazil dan Argentina,”
tukasnya.
Paulus mengatakan, pelaku usaha
awalnya mengapresiasi kebijakan Uni
Eropa untuk menggunakan energi
terbarukan yang dapat mengurangi
emisi. Namun belakangan ini ada unsur
kesengajaan dan sistematis untuk
menolak produk sawit masuk Eropa
dengan biaya murah. “Eropa ingin
produk sawit menjadi mahal,” tegasnya.
Ini belum lagi Notice of Data
Availability Environmental Protection
Agency (NODA) yang dikeluarkan
oleh Badan Perlindungan Lingkungan
Amerika Serikat atau Environmental
Protection Agency (EPA) yang
melakukan hal sama di Eropa. Amerika
Serikat memiliki grand desain yang
sama untuk menghalangi produk sawit
masuk ke wilayah negaranya.
Paulus menegaskan, kelapa sawit,
karet dan kertas merupakan produk
unggulan Indonesia. Sudah semestinya
pemerintah tegas dan berani membela
komoditas-komoditas ini. Untuk
mengalihkan ekspor biodiesel ke pasar
lain itu bisa, namun membutuhkan
waktu lama. “Ekspor biodiesel ke
Eropa mencapai 90 persen dan agak
sulit untuk dipindahkan dalam waktu
singkat. Dan untuk mencari pasar baru
tidak mudah,” tambahnya.
Sementara itu, penggunaan
biodiesel dalam negeri merupakan
keharusan dan musti ditingkatkan.
Ini tercantum dalam Peraturan
Menteri ESDM No.32 Tahun 2008,
Tentang Penyediaan, Pemanfaatan
Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
Persoalannya, aturannya sudah ada,
akan tetapi pelaksanaannya belum
maksimal. “Peningkatan penggunaan
biodiesel dari 7,5 persen tahun ini
menjadi 10 persen untuk wilayah
Jawa, Sumatera, Bali dan Madura ada
masalah pada anggaran,” ujarnya.
Paulus menyebutkan, tahun 2012
penggunaan biodiesel dalam negeri
sebanyak 669.000 kilo liter dan tahun
ini bisa mencapai 800.000 kilo liter.
Sedangkan kapasitas produksi biodiesel
dalam negeri mencapai 5 juta kilo liter.
”Adanya hambatan di luar negeri,
ekspor biodiesel tahun ini diperkirakan
turun. Tahun 2012 ekspor sekitar 1,5
juta ton dan tahun ini di bawah 1 juta
ton. Ekspor jadi drop. Para produsen
biodiesel mencoba mensiasatinya
dengan meningkatkan penyerapan di
dalam negeri. Kalau sulit ekspor lebih
baik digunakan secara besar-besaran
di dalam negeri,” papar Paulus kepada
Agrofarm.
Paulus mengakui, saat ini masih
banyak hambatan yang dihadapi di
dalam negeri seperti infrastruktur,
kemauan pihak industri dan komitmen
pemerintah. Tanpa kordinasi antar
kementerian sulit biodiesel bisa diserap
banyak di dalam negeri.
Togar Sitanggang Ketua Asosiasi
Pengusaha Oleokimia Indonesia
AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013
(APOLIN) menambahkan, hambatanhambatan di pasar dunia juga banyak,
salah satunya anti-dumping produk
oleokimia. Industri oleokimia dalam
negeri menghadapi sejumlah hambatan
seperti kebijakan bea keluar dan
kurangnya pasokan gas.
Adanya kekurangan pasokan
gas di Medan karena di wilayah
Sumatera Utara masih di bawah
normal. Akibat kurangnya pasokan
gas ke pabrik, beberapa produse ???[??[ZXH\??[????H??Z??[?XK??YH?X?\?\XHX??Z?Y\?Z[??Y[???[?Z?[??\?[[H\?H??[???HYH?]HX??Z??\?[?B??\???Z??K?8?'?[][?YHX??Z?Y[???[?Z?[??\?YX[?[???[?X[???\?[[H[??\?Z[??XK??[]\[???[[HYH[\Z?\?Y\?[?\?[?[???Z??H?[??[ZXB??\?[?[8?'HZ?\???\???Y[?\?]?XK\?X\?[Z[??\???[??\?H?[]?[?[?H?YZ\??YB??\?Z[?]Z[?[?[???H?[?H?[[B?\?X?Z?[??[?H\]Y[???[???B???Z??H[?\??H?[??[ZXHHX\?B?Y[?][??\?\?ZX[?\\?\?ZX[???Z?[ZXHZ?\??XHY[??\?H??\?H?[?\?B?[?Z?Y[??]\?H?[[???X[?\???[???\?[[H[??[?Y[???[?Z?[??XB?[??[???][X?ZYZ?Y[?XB??\?\?Y?[X[?\?Y\??Z?\??Z??[??[ZXH\?H?XH?Z?ZKZ?X?]?XB???Z?\?[?[??]?][?HX[???\???Z?X[??\?\?Z?[?Z?[??XB??[X\??8?'YZ[?\?Z?\?\?Z?XB??\??YH[??[???Z??Y?[?\?H?X\?K8?'B?[???\???\???[YY??[????
??